Jumat, 13 Januari 2012

Nilai-nilai islam dalam kenduren Weton

A. Tema: Upacara Adat Masyarakat Jawa

B. Fokus: Nilai-nilai islam dalam kenduren Weton

C. Latar belakang Masalah:
Seseorang yang merasa mendapatkan anugerah atau karunia dari Tuhan, tentu akan bersyukur.
Misalnya : mendapatkan kenaikan pangkat, mendapatkan jabatan yang lebih tinggi, seperti diangkat menjadi direktur, kepala kantor, lurah, bupati, gubernur, Secara tradisi, ungkapan rasa syukur dilakukan dengan mengadakan upacara kecil berupa syukuran atau slametan.
Upacara syukuran dilakukan bersama dengan keluarga , teman-teman dekat, teman-teman sejawat, tetangga dll.Secara tradisional acara syukuran dimulai dengan doa bersama, dengan duduk bersila diatas tikar, melingkari nasi tumpeng dengan lauk pauk dan sesaji.
Yang terpenting adalah doa, ucapan syukur yang ditujukan kepada Gusti, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan anugerah kepada seorang titahnya. Pada umumnya inti doa adalah sebagai berikut : Setelah mengucap syukur atas anugerah yang dilimpahkan Tuhan, semoga titah yang mendapatkan karunia dan kepercayaan dari Tuhan  berupa kedudukan yang lebih tinggi, yang telah menaikkan derajatnya dan sekaligus tanggungjawabnya, selalu mendapatkan bimbingan Nya, untuk selalu mampu melaksanakan tugasnya dengan selamat, baik dan benar. Semoga dijauhkan dari segala goda dan halangan yang bisa menjadikan petaka bagi diri, keluarga, maupun instansinya.
Dengan selalu memohon berkah Tuhan dengan penuh kesadaran untuk mengaplikasikan segenap pengetahuan dan kemampuannya secara maksimal, bekerjasama dengan kolega-koleganya dengan sinergis, maka segala usaha dan upayanya akan membawa berkah kebaikan, kesejahteraan dan kemajuan bagi instansi, jawatan atau daerah yang dipimpinnya.

D. Rumusan Masalah:
  1. Bagaimana sejarah lahirnya tradisi kenduren weton?
  2. Bagaimana bentuk tata cara dari pelaksanaan kenduren weton ?
  3. Nilai-nilai keluhuran apa yang terkandung dalam tradisi kenduren weton?
  4. Apa pengaruh nilai-nilai Islam yang terdapat dalam tradisi kenduren weton terhadap perilaku keagamaan masyarakat jawa?
E. Tujuan:
  1. Menjelaskan sejarah lahirnya budaya kenduren weton
  2. Mendriskripsikan berbagai bentuk dan tata cara dalam ritual kenduren weton
  3. Menemukan nilai-nilai Islam yang terkandung dalam tradisi kenduren weton
  4. Menjelaskan pengaruh nilai-nilai Islam dalam tradisi kenduren weton terhasap perilaku keagamaan masyarakat jawa

F. Manfaat penelitian:
1. Manfaat Teoritis
Temuan hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan kajian lebih mendalam tentang bentuk-bentuk Budaya yang dilestarikan dalam kehidupan masyarakat serta menemukan pesan moral yang terkandung didalamnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber yang signifikan dalam memperoleh informasi dan rekomendasi baik bagi lembaga masyarakat maupun bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan-kebijakan.


G. Kajian Pustaka:
Dari pengamatan peneliti selama ini, belum ditemukan buku ataupun tulisan yang berkaitan dengan Nilai-nilai Islam dalam Tradisi kenduren Weton. Hal ini tidak menyurutkan semangat penulis untuk melanjutkan penelitian yang kemudian merujuk pada perbandingan pustaka. Dengan kata lain penulis mencari tema-tema yang relevan dengan tema yang diangkat antara lain:
Muhamad Hisyam dalam skripsinya membahas beberapa aspek akulturasi Islam di Jawa. Di antaranya tentang rangkaian selametan yang diadakan bertepatan dengan saat-saat penting di dalam kehidupan (dari masa kehamilan sampai keseribu sesudah kematian).
Adanya penggunaan simbol dalam bentuk sesajen yang menyertai doa-doa berbahasa Arab menjadi bukti adanya akulturasi Islam di Jawa. Relevansinya dengan tema yang diangkat terletak pada akulturasi Islam di Jawa. Penggunaan sesajen sebagai sebuah simbol, dengan pemaknaan yang mendalam dan penuh kesadaran ataupun hanya sekedar mengikuti kebiasaan, selalu diikutsertakan dalam melangsungkan tahlilan dan doa yang tentunya bernafaskan Islami.
Koentjaraningrat dalam bukunya, memaparkan secara komprehensip tentang kebudayaan orang Jawa dari akar budayanya sampai dengan ritual dalam lingkaran kehidupan dari kelahiran sampai dengan kematian. Karya etnografi tersebut merupakan sumber primer dalam penelitian ini, karena tema yang diusung oleh penulis juga merupakan bagian dari bahasannya. Penelitian ini memfokuskan pada Nilai-nilai Islam yang terkandung dalam Tradisi Kenduren weton.

H. Landasan Teori:
Budaya Jawa memang memiliki segudang tradisi yang masih dipertahankan hingga saat ini. diantaranya memiliki arti yang mendalam dan kaya akan nilai dan norma budaya dan sosial kemasyarakatan. Salah satunya adalah tradisi Kenduren yang merupakan tradisi turun temurun dalam budaya Jawa.
Kenduren pada dasarnya adalah ritual selametan yakni berdoa bersama yang dihadiri para tetangga dan dipimpin oleh pemuka adat atau tokoh yang dituakan di satu lingkungan. Biasanya disajikan juga tumpeng lengkap dengan lauk pauknya yang nantinya akan dibagikan kepada yang hadir.
Dalam tradisi Jawa, Kenduren sendiri terdiri dari berbagai jenis. Kenduren Wetonan, Sabanan, Likuran, Badan, Ujar, dan Muludan.
Kendurenan Wetonan merupakan selametan yang dilakukan pada hari lahir. Hal in ini juga kerap dilakukan hampir setiap warga. Tidak semua anggota keluarga dilakukan tradisi Kenduren Weton saat ia merayakan hari lahir. Biasanya satu keluarga hanya merayakan satu kali wetonan yakni pada saat hari lahir anak tertua dalam keluarga tersebut. Biasanya menu sajiannya hanya berupa tumpeng dan lauk seperti sayur, lalapan, tempe goreng, thepleng, dan srundeng. tidak ada ingkung nya ( ayam panggang ). Tujuan dari kenduren itu sendiri adalah meminta selamat buat yang di doakan, dan keluarganya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan antropologis, yaitu pendekatan yang menggunakan nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup dan sebagainya. Dengan pendekatan ini, penulis mencoba memaparkan situasi dan kondisi masyarakat yang meliputi kondisi sosial budaya dan kondisi keagamaannya. Antropologi memberi bahan prehistoris sebagai pangkal bagi tiap penulis sejarah. Kecuali itu, konsep-konsep tentang kehidupan masyarakat dikembangkan oleh antropologi, akan memberi pengertian untuk mengisi latar belakang dari peristiwa sejarah yang menjadi pokok penelitian. Pendekatan antropologi dalam memahami agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Teori adalah kreasi intelektual, penjelasan beberapa fakta yang telah diteliti dan diambil prinsip umumnya. Dalam Poerwadarminta, teori adalah asas-asas dan hukum-hukum umum yang menjadi dasar sesuatu kesenian atau ilmu pengetahuan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Hermeneutik oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911), seorang filsuf Jerman yang menaruh perhatiannya pada sejarah dan lebih banyak dikenal dengan riset-riset historisnya. Dilthey memandang sebuah peristiwa sejarah sebagaimana ia memandang dunia yaitu dalam dua wajah, wajah luar (eksterior) dan wajah dalam (interior). Secara eksterior, suatu peristiwa mempunyai tanggal dan tempat khusus atau tertentu; secara interior peristiwa itu dilihat atas dasar kesadaran atau keadaan sadar. Kedua dimensi dari peristiwa sejarah ini tidak bernilai sama. Bahkan dapat dikatakan bahwa kedua dimensi itu saling bergantung satu sama lain. Eksterior sebagai sesuatu yang riil pastinya mengandung nilai yang abstrak atau interior, Hermeneutik sebagai sebuah teori interpretasi digunakan untuk mengungkapkan interioritas eksterior. Dalam kebebasanya yang inheren manusia membayangkan sebuah tema di dalam angan-angan dan mengevaluasi tema tersebut menurut kebebasannya. Bila seorang sejarawan berdiri ditengah-tengah reruntuhan dan memandangnya sebagai peninggalan masa lampau, sejarawan tersebut mengetahui person-person dan segala perbuatannya seakan-akan bermunculan dalam benaknya dengan segala corak dan warnanya sendiri yang khas. Sejarawan itu kemudian "mengaktifkan kembali" segala peristiwa yang ada dengan bantuan data yang terdapat dalam reruntuhan tersebut. karya semacam itulah yang disebut hermeneutik atau interpretasi.
Dengan teori hermeneutik ini, penulis mencoba menganalisa data yang telah terhimpun untuk menjelaskan nilai aqidah, syari'ah dan akhlak sacara sendiri-sendiri. Selain itu penulis mencoba memaparkan latar belakang dilakukannya tradisi Kenduren Wetonan. Dengan pendekatan antropologi penulis menganalisa dapatkah nilai-nilai diatas mendasari perilaku keagamaan penganut tradisi tersebut.
I. Data dan Sumbernya:
Jenis penelitian yang akan penulis lakukan ini berupa penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang prosedurnya menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati”. (Robert Begdan dan Steven J yang dikutip Lexy Moelong, 1995:3)

J. Metode Mengumpulkan Data:
Metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Metode Observasi
Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada penelitian. (Handari Nawawi, 1990:100). Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan ritual budaya Sedekah Bumi yang dilestarikan di desa Kedung jaran yang notabene tanah kelahiran penulis.
2 Metode Interview atau wawancara
Metode Interview atau wawancara dilakukan dengan bertatap muka dan mendengarkan secara langsung informasi-informasi dan keterangan-keterangan. Penulis akan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pelaku tradisi, orang yang mengetahui tentang tradisi sedekah bumi. Menurut prosedurnya penulis melakukan wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin dengan menyusun pokok-pokok permasalahan, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi.

K. Analisis Data:
Analisis data menurt Lexy. J. Moelong adalah “Proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja yang disaran untuk menganalisis data”.(Lexy J. Moelong, 1995: 112). Untuk menganalisis yang terkumpul penulis akan menggunakan analisis deskriptif kualitif. Artinya, data yang muncuk berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati yaitu melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diproses melalui pencatatan dan lain-lain yang kemudian disusun dalam teks yang diperluas. (Miles, M.B, and AM. Huberman, 1992:15).
Data yang diperoleh akan dianalisis secara berurutan dan interaksionis yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. (Miles, MB., And AM. Huberman, 1992:16).
Pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah reduksi data yaitu menggolongkan , mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua dengan mengambil kesimpulan.
Metode berfikir yang akan penulis gunakan untuk menganalisa penelitian ini adalah metode penelitian Induktif dan Deduktif. Metode deduktif adalah suatu penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan yang bersifat khusus menuju pada pernyataan yang sifatnya umum (Arikunto, 1992: 159). Sedangkan metode Induktif yaitu suatu penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan umum menuju pada pernyataan yang sifatnya khusus” (Sutrisno Hadi, 1993: 97).

K. Daftar Pustaka:
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa ( Jakarta: Balai Pustaka, 1984 ), hlm. 322.
Muhamad Hisyam, Beberapa Aspek Akulturasi Islam di Jawa (skripsi S-1 di Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 1978).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar