khos untuk TPQ
TANDA-TANDA WAQAF DAN WASHAL
Waqaf artinya: sebaiknya berhenti.
م ( وقف لا زم ) : harus berhenti
( معا نقه ) : berhenti di salah satu titik
ط ( وقف مطلق ) : sebaiknya berhenti
قلى ( الوقف اولى ) : sebaiknya berhenti
قف ( الوقف ) : sebaiknya berhenti
ج ( وقف جا ئز ) : boleh berhenti, juga boleh terus
Washol artinya: sebaiknya terus.
لا ( الوقف ممنوع ) : sebaiknya terus
صلى ( الوصل اولى ) : sebaiknya terus
ز ( مجوز الوقف ) : sebaiknya terus
ص ( مر خص الوقف ) : sebaiknya terus
ق ( قيل هو وقف ) : sebaiknya terus
GHUNNAH
Ghunnah artinya mendengung. Hal ini berarti bahwa setiap ada huruf Nun atau Mim yang bertasydid maka hukum bacaannya dinamakan Ghunnah.Contoh:
اِ نَّ ثُمَّ اِ نَّمَا فَلَمَّا
HUKUM NUN SUKUN/TANWIN
Perbedaan Nun sukun atau Tanwin adalah sama dalam lafadz tetapi lain dalam tulisan. Adapun hukum Nun sukun atau Tanwin dibagi menjadi 6 macam, antara lain:
- Idghom Bighunnah
Bighunnah : dengan mendengung
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 4 huruf, antara lain:ي ن م و atau biasa di singkat dengan bunyi يَنْمُوْ
Contoh:
مَنْ يَقُوْ لُ ( نْ- ي ) فَلَنْ نَِّزيْدَ كُمْ ( نْ- ن )
فَتْحًا مُبِيْنًا ( _ً – م) مِنْ وَّرَائِهِمْ ( نْ- و )
- Idghom Bilaghunnah
Bilaghunnah : dengan tanpa mendengung
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 2 huruf, antara lain: ل dan ر
Contoh:
مِنْ لَدُ نْكَ ( نْ- ل ) غَفُوْرٌرَحِيْمٌ ( _ٌ – ر)
- Idzhar
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 6 huruf, antara lain: ﻫ أ ح خ ع غ
Contoh:
كُفُوًا اَحَدٌ ( _ً – ا) مِنْ حَيْثُ ( نْ – ح ) مَنْ خَفَّتْ ( نْ – خ )
خُلُقٍ عَظِيْمٍ ( ٍ – ع ) قَوْ مًا غَيْرَ كُمْ ( _ً -غ) لَكُمُ اْلاَ نْهَا َر ( نْ – ﻫ )
- Iqlab
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan satu huruf dari huruf hijaiyyah yaitu: ب
Contoh:
مَنْ بَخِلَ ( نْ – ب ) عَوَا نٌ بَيْنَ ( _ٌ – ب)
- Ikhfa’
Artinya: apabila ada Nun sukun atau Tanwin bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 15 huruf, antara lain:
ت ث ج د ذ ز س ش ص ض ط ظ ف ق ك
Contoh:
مِنْ تَحْتِهَا ( نْ – ت ) مَاءً ثَجَا جًا ( _ً – ث) اَنْجَيْنَا كُمْ ( نْ – ج )
قِنْوَانٌ دَانِيَةٍ ( _ٌ – د) مَنْ ذَالَّذِ يْ ( نْ – ذ) يَوْمَئِذٍ زُرْقًا ( ٍ – ز )
اِنَّ اْلاِ نْسَا نَ ( نْ – س ) عَذَا بٌ شَدِ يْدٌ ( _ٌ – ش) قَوْ مًا صَا لِحِيْنَ ( _ً – ص)
مُسْفِرَ ةٌ ضَا حِكَةٌ ( _ٌ – ض) وَمَا يَنْطِقُ ( نْ – ط) عَنْ ظُهُوْرِهِمْ ( نْ – ظ)
عُمْيٌ فَهُمْ ( _ٌ – ف) رِزْقًا قَا لُوْا ( _ً – ق) مَنْ كَا نَ يَرْجُوْا ( نْ – ك)
HUKUM MIM SUKUN
Hukum Mim sukun dibagi menjadi 3 macam, antara lain:
- Idghom Mitsli (Idghom Mimi)
Contoh:
كُنْتُمْ مُسْلِمِيْنَ ( مْ – م )
- Ikhfa’ Syafawi
Contoh:
تَرْمِيْهِمْ بِحِجَارَةٍ ( مْ – ب )
- Idzhar Syafawi
Contoh:
هُمْ نَا ئِمُوْنَ ( مْ – ن ) اَمْ لَمْ تُنْدِ رْ هُمْ ( مْ – ت )
الخ ……..
HUKUM IDGHOM
Hukum Idghom dibagi menjadi 3 macam, antara lain:
- Idghom Mutamatsilain
Contoh:
اِضْرِ بْ بِعَصَا كَ ( بْ – بِ )
- Idghom Mutajanisain
Contoh:
(تْ- ط ) قَالَتْ طَا ئِفَة ٌ ( طْ- ت ) لَئِنْ بَسَطْتَ ( تْ- د ) اَثْقَلَتْ دَ عَوَا
( دْ- ت ) قَدْ تَبَيَّنَ ( لْ- ر ) قُلْ رَبِّ ( ذْ- ظ ) اِذْ ظَلَمُوْا
- Idghom Mutaqorribain
Contoh:
( ثْ- ذ ) يَلْهَثْ ذ لِكَ ( قْ- ك ) اَلَمْ نَخْلُقْكُمْ ( بْ- م ) يبُنَيَّ ارْ كَبْ مَعَنَا
QALQALAH
Qalqalah artinya memantul. Huruf Qalqalah ada lima, antara lain:
ق ط ب ج د biasa disingkat dengan bunyi قَطْبُ جَدٍّ
Contoh:
ق- يَقْرَ أُ ط- يَطْهَرُ ب- يَبْخَلُ ج- يَجْعَلُ د- يَدْ خُلُ
Qalqalah dibagi dua:
- Qalqalah Sughra
- Qalqalah Kubra
Contoh:
خَلَقَ dibaca خَلَقْ اَحَدٌ dibaca اَحَدْ
LAFADZ ALLAH
Hukum lafadz Allah dibagi dua, yaitu:
- Dibaca tafkhim, jika lafadz Allah didahului harakat fathah atau dhummah.
وَاللهُ نَصْرُ اللهِ
- Dibaca tarqiq, jika lafadz Allah didahului harakat kasroh.
بِسْمِ اللهِ الرَّ حْمنِ ا لرَّ حِيْمِ
HURUF SYAMSIYAH DAN QAMARIYAH
Huruf Syamsiyah dan huruf Qamariyah jumlahnya sama yaitu masing-masing ada 14 huruf.
- Huruf Syamsiyah: jika ada ال bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 14, antara lain:
Contoh:
وَالتِّيْنِ اَلدُّ نْيَا وَالشَّمْسِ النِّعْمَةِ
الخ……
- Huruf Qamariyah: jika ada ال bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah yang berjumlah 14, antara lain:
Contoh:
اَلْجُمُعَةُ اَلْخَيْرُ اَلْفِيْلُ اَلْكَبِيْرُ
الخ……
IDZHAR WAJIB
Dinamakan Idzhar Wajib, jika ada Nun sukun atau Tanwin bertemu huruf YA atau WAWU dalam satu kalimat. Cara membacanya: terang atau jelas. Namun, didalam Al-Qur’an bacaan Idzhar Wajib ini hanya ada 4, yaitu:
اَلدُّ نْيَا بُنْيَانٌ صِنْوَانٌ قِنْوَانٌ
HUKUM RA’
Hukum Ro’ ada dua:
- Ro’ yang dibaca Tafkhim
- Ro’ fathah, Ro’ fathah tanwin.
- Ro’ dhummah, Ro’ dhummah tanwin.
- Ro’ sukun didahului fathah atau dhummah.
- Ro’ sukun didahului kasrah ada hamzah washal.
- Ro’ sukun didahului kasrah bertemu huruf isti’la’.
a) رَ- رًا رَبَّنَا خَيْرًا
b) رُ- رٌ رُوَيْدًا كَبِيْرٌ
c) _َ _ُ _ْ اَرْ سَلَ قُرْ ا نٌ
d) _ِ ا رْ اَ مِرْ تَا بُوْا اِ رْ جِعُوْ ا
e) _ِ رْ – خ ص ض ط ظ غ ق مِرْ صَا دٌ قِرْ طَا سٌ
- Ro’ yang dibaca Tarqiq
a) Ro’ kasrah, Ro’ kasrah tanwin.
b) Ro’ sukun didahului kasrah.
c) Ro’ hidup didahului Ya’ dibaca waqaf.
Contoh:
a) رِ- رٍ رِجْسٌ خُسْرٍ
b) _ِ رْ فِرْ عَوْ نَ فَكَبِّرْ
c) _َِ ي ُِ ر ٌٍ خَيْرٌ بَصِيْرٍ
HUKUM MAD
Hukum Mad dibagi dua:
- Mad Thabii
Contoh:
دَا – دِيْ – دُوْ نُوْ حِيْهَا
- Mad Far’i
- Mad wajib muttashil
Contoh:
جَاءَ لِقَاءَ نَا نِدَاءً
- Mad jaiz munfashil
Contoh:
اِنَّا اَعْطَيْنَا اِنَّا اَ نْزَلْنَا
- Mad ‘aridh lissukun
Contoh:
اَبُوْكَ = اَبُوْكْ عِقَا بِ = عِقَا بْ
- Mad ‘iwadh
Contoh:
عَلِيْمًا = عَلِيْمَا
- Mad shilah
Panjang bacaan Mad shilah qashirah: 1 alif (2 harakat).
Contoh:
لَه‘- بِه
Panjang bacaan Mad shilah thawilah: 2,5 alif (5 harakat).
Contoh:
اَنَّ مَا لَه اَخْلَدَه
- Mad badal
Contoh:
امَنُوْا اِيْتُوْ نِيْ اُوْ تِيَ
- Mad tamkin
Contoh:
اُمِّيِّيْنَ حُيِّيْتُمْ نَبِيِّنَ
- Mad lin
Contoh:
خَوْ فٌ = خَوْفْ اِلَيْهِ = اِلَيْهْ
- Mad lazim mutsaqqal kalimi
Contoh:
وَ لاَ الضَا لِّيْنَ
- Mad lazim mukhaffaf kalimi
Contoh:
ا لاْنَ
- Mad lazim musyabba’ harfi
ن ق ص ع س ل ك م
Contoh:ن ق ص ا لمّ ا لمّص
- Mad lazim mukhaffaf harfi
ح ي ط ﻫ ر
Contoh:طه يس عسق كهيعص ا لمّر
- Mad farq
Contoh:
قُلْ اْلا للهُ
¤ Mad Lazim Mukhaffaf Harfi ¤
هو ما كان الحرف فيه على حرفين
Terbukti huruf pada “awalnya”, apabila dieja mengandung 2 huruf.
Hurufnya ada 5, dikumpulkan menjadi “hayyun thahura” yang terdiri dari:
Ha (ح), Ya (ي), Tha (ط), Ha’ (ه), & Ra (ر)
Contoh:
ح : حم
dibaca: hämïm
ي : يس
dibaca: yäsïn
ط : طه
dibaca: thöhä
ه : طه
dibaca: thöhä
ر : الر
dibaca: alif lämrö
Durasi Mad Farq adalah 6 kharokat.
Kasus mad ini hanya terjadi di 4 tempat dalam Al-quran, yaitu pada surat Al-An’am (6) ayat 143 -144, surat Yunus (10) ayat 59 dan surat An-Naml (27) ayat 59.
Berikut ini adalah Mad Farq (perhatikan tampilan berwarna merah) :
MAD (BACAAN PANJANG)هو ما كان الحرف فيه على حرفين
Terbukti huruf pada “awalnya”, apabila dieja mengandung 2 huruf.
Hurufnya ada 5, dikumpulkan menjadi “hayyun thahura” yang terdiri dari:
Ha (ح), Ya (ي), Tha (ط), Ha’ (ه), & Ra (ر)
Contoh:
ح : حم
dibaca: hämïm
ي : يس
dibaca: yäsïn
ط : طه
dibaca: thöhä
ه : طه
dibaca: thöhä
ر : الر
dibaca: alif lämrö
HUKUM MAD
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kitab suci al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. itu merupakan suatu rahmat bagi seluruh alam. Di dalamnya berisi kandungan wahyu Allah swt. yang menjadi petunjuk, pedoman hidup, serta pelajaran bagi siapa saja yang mengimani dan mengamalkannya. Karena itu, setiap orang yang membaca al-Quran dengan hati yang khusyu’ semata-mata mengharapkan ridla dari Allah swt., niscaya akan bertambahlah keimanan dan kecintaannya. Dalam membaca al-Quran, sudat tentu harus memperhatikan aturan-aturannya, karena yang dibaca itu adalah kalamullah yang harus dijunjung tinggi dan dimulyakan. Imam al-Ghazali mengatakan: فَالْقَارِئُ يَنْبَغِيْ أَنْ يُحْضِرَ فِى قَلْبِهِ عَظَمَةَ الْمُتَكَلِّمِ وَيَعْلَمَ أَنَّ مَا يَقْرَأَهُ لِيْسَ مِنْ كَلاَمِ الْبَشَرِ “Sudah sepantasnya bagi orang yang membaca al-Quran untuk menghadirkan keagungan Allah swt. di dalam hatinya dan meyakini bahwa apa yang dibacanya bukanlah perkatan manusia.” Salah satu aturan dalam membaca al-Quran ialah menerapkan ilmu tajwid. Karena itu, pembaca harus mengetahui aturan-aturan ilmu tajwid seluas-luasnya, agar tidak mendapatkan kesulitan dalam membaca al-Quran. Adapun masalah yang berusaha diungkapkan di sini adalah masalah panjang dan pendeknya bacaan harkat suatu huruf (mad dan cabang-cabangnya) yang merupakan kesalahan yang tersembunyi (اللَّحْنُ الْخَفِيُّ). Tetapi, walaupun begitu tetap saja hal ini harus diperhatikan karena kewajiban mempelajari ilmu tajwid adalah wajib bagi siapa saja yang mempelajari al-Quran. 1.2 Perumusan Masalah Dalam uraian di atas, dapat diketahui bahwa masalah yang ada adalah sebagai berikut: 1. Apakah pengertian mad? 2. Apa saja cabang-cabang dari hukum mad? 3. Berpakah panjang harakat dari setiap cabang-cabang mad? 1.3 Tujuan Dari perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai di sini adalah: 1. Ingin mengetahui secara jelas tentang pengertian mad. 2. Ingin mengetahi tentang cabang-cabang mad. 3. Ingin mengetahui ukuran panjang bacaan setiap mad. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Mad Mad menurut bahasa adalah اَلزِّيَادَةُ / اَلْمَطُّ yang artinya menambahkan atau memanjangkan. Sedangkan menurut pengertian istilah adalah: إِطَالَةُ الصَّوْتِ بِحَرْفٍ مِنْ حُرُوْفِ الْمَدِّ “Memanjangkan suara pada satu huruf dari huru-huruf mad.” Huruf mad ada tiga, yaitu Wawu, Alif dan Iya, dengan ketentuan huruf tersebut tidak memiliki harakat dan sebelumnya ada harkat yang sesuai dengan huruf-huruf tersebut; seperti Wawu sesudah harakat dlamah, Alif setelah harakat fathah, dan Iya setelah harakat kasrah. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Mursyidu al-Wildan: وَأَحْرُفُ الْمَدِّ ثَلاَثٌ تُوْصَفُ – الْوَاوُ ثُمَّ الْيَاءُ ثُمَّ اْلأَلِفُ وَشَرْطُهَا إِسْكَانُ وَاوٍ بَعْدَ ضَمْ – وَسَكْنُ يَاءٍ بَعْدَ كَسْرٍ مُلْتَزَمْ وَأَلِفٌ مِنْ بَعْدِ فَتْحِ وَقَعَ – وَلَفْظُ نُوْحِيْهَا لِكُلٍّ جَمَعَا “Huruf-huruf mad ada tiga yakni Wawu, iya dan Alif. Syaratnya sukun wawu setelah dlammah; sukun Iya setelah kasrah; dan huruf Alif berada setelah fathah; dan semuanya dikumpulkan dalam lafadz نُوْحِيْهَا”. 2.2 Cabang-cabang Mad 2.2.1 Mad Asli (اَلْمَدُّ اْلأَصْلِيُّ) Mad Asli dikenal juga dengan mad Thabi’i. Secara etimologi artinya thabi’at, sedangkan menurut terminologi adalah: لاَتَقُوْمُ ذَاتُ حَرْفِ الْمَدِّ إِلاَّ بِهِ “Mad yang tidak akan berdiri sendiri dzatnya haraf mad kecuali pada mad itu sendiri.” Pernyataan yang sama dilontarkan oleh Syekh al-Jamzuri rahimahullah, tentang definisi mad Ashli. فَاْلأَصْلِيُّ هُوَ الَّذِيْ لاَيَتَوَقَّفُ لَهُ عَلَى سَبَبٍ مِنْ هَمْزٍ أَوْ سُكُوْنٍ “Mad asli adalah mad yang tidak dipengaruhi oleh sebab, seperti hamzah atau sukun.” Huruf mad Ashli ada 3 (tiga), yaitu: 1. Alif mati yang berada setelah harakat fathah, contoh قَالَ 2. Wawu mati yang berada setelah harakat dlamah, contoh يَقُوْلُ 3. Iya mati yang berada setelah harakat kasrah, contoh قِيْلَ Ketiga huruf di atas disyaratkan tidak menghadapi: 1. Hamzah seperti pada lafadz مَآءٌ 2. Huruf yang bersyiddah, seperti pada lafadz مِنْ دَآبَّةٍ 3. Huruf yang diwaqafkan, seperti pada lafadz خَالِدُوْنْ Adapun ukuran panjang bacaan mad Asli adalah 1 alif (2 harakat), maka tidak diperbolehkan membaca kurang dari itu sama sekali tidak dibaca panjang. Namun dalam Qiraat Hafs ada beberapa kata yang sepertinya mad Asli tapi tidak boleh dibaca panjang, yaitu: 1. Lafadz أنَا yang artinya ‘saya’ harus dibaca أَنَ (pendek) kecuali kalau diwaqafkan 2. Pada surat al-Kahfi ayat 38, lafadz لَكِنَّا هُوَ اللهُ dibaca لَكِنَّ هُوَ اللهُ, sebab asalnya لَكِنْ أَنَا هُوَ اللهُ, tapi kalau diwaqafkan harus dibaca panjang (2 harkat), dibaca لَكِنَّا bukan لَكِنَّ 3. Surat al-Kahfi ayat 14 lafadz لَنْ نَدْعُوَا dibaca لَنْ نَدْعُوَ 4. Surat ar-Rum ayat 39 lafadz لِيَرْبُوَا dibaca لِيَرْبُوَ 5. Surat ar-Ra’du ayat 30 lafadz لِتَتْلُوَا dibaca لِتَتْلُوَ 6. Surat Muhammad ayat 4 lafadz لِيَبْلُوَا dibaca لِيَبْلُوَ 7. Surat muhammad ayat 31 lafadz وَنَبْلُوَا dibaca وَنَبْلُوَ Kenapa dibaca pendek? Sebab Alif yang pada kalimat nomor 3, 4, 5, 5, 6 dan 7 gunanya bukan untuk tanda mad, tapi untuk menunjukkan bahwa huruf Wawu di sana harakatnya fathah. 8. Surat ad-Dahr ayat 4 lafadz سَلاَسِلاَ dibaca سَلاَسِلَ 9. Surat ad-Dahr ayat 15 lafadz قَوَارِيْرَا dibaca قَوَارِيْرَ Tetapi menurut Qiraat Kisai dibaca سَلاَسِلاَ dan قَوَارِيْرَا 10. Kata أُولــئِكَ dan أُولَى ; أُو-nya tidak dibaca panjang) sebab Wawu di sana bukan tanda mad. Keterangan: أُو yang dibaca panjang yaitu yang memakai tanda mati (اُوْ), tetapi kalau tidak memakai tanda sukun tidak dibaca panjang. Contoh أُوْحِيَ (panjang) أُولــئِكَ (pendek). 2.2.2 Mad Far’i (اَلْمَدُّ الْفَرْعِيُّ) Secara bahasa berasal dari kata فَرْعٌ , artinya cabang, sedangkan menurut istilah (terminologi) adalah: اَلْمَدُّ الزَّائِدُ عَلَى الْمَدِّ اْلأَصِلِيِّ بِسَبَبٍ مِنْ هَمْزٍ أَوْ سُكُوْنٍ “Mad yang melebihi ukuran mad Ashli disebabkan oleh hamzah atau sukun.” Jadi, mad far’i terlahir dari mad Ashly yang terkena sebab-sebab yang menjadikannya mad far’i. Dalam nadzam dijelaskan: وَاْلآخَرُ الْفَرْعِيُّ مَوْقُوْفٌ عَلَى * سَبَبٍ كَهَمْزٍ أَوْ سُكُوْنٍ مُسْجَلاَ “Bagian lain (dari hukum mad) ialah mad far’i, yaitu mad ashli yang terkena suatu sebab seperti hamzah atau sukun.” Ada lima sebab yang menyertai mad ashli sehingga terlahirlah mad far’i, antara lain: 1. Hamzah Menyebabkan lahir hukum mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil, mad badal, mad silah thawilah. 2. Sukun Menyebabkan lahir hukum mad lazim harfi musyabba’, mad lazim harfi mukhaffaf, mad lazim kalimi mukhaffaf. 3. Waqaf Menyebabkan lahir hukum mad ‘Arid lissukun, mad ‘iwadl dan mad layyin. 4. Tasydid Menyebabkan lahir hukum mad lazim harfi musyabba’ mustaqqal, mad lazim kalimi mutsaqqal, mad tamkin, dan mad farq. 5. Sesuatu yang membedakan bacaan yang mesti dibaca panjang atau pendek anta lain mad silah qashirah, yaitu Ha dlamir. Pada mad tersebut harus dibaca panjang dengan alasan penghormatan terhadap al-Quran yang agung. Mad far’i terbagai atas lima belas cabang, yaitu: 1) Mad Wajib Muttasil Menurut istilah adalah: هُوَ أَنْ يَكُوْنَ الْمَدُّ وَالْهَمْزَةُ فِى كَلِمَةٍ وَاحِدَةٍ “Adanya mad ashli dan hamzah bertemu pada satu kata. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Mursyidul Wildan: وَإِنْ تَلاَهُ الْهَمْزُ فِى كَلِمَتِهْ * فَوَاجِبٌ مُتَّصِلٌ كَجَآءَتِهْ “Apabila hamzah mengiringi mad pada satu kalimah, maka mad wajib muttasil seperti lafadz جَآءَتِهْ “. Adapun ukuran bacaan menurut Imam Abi ‘Amr, Imam Qalun dan Imam Ibn Katsir adalah 1 ½ alif (3 harakat). Sedangkan menurut Imam ‘Ashim (gurunya Imam Hafsh) adalah 1 ½ alif (5 harakat) dan menurut Imam Warsy dan Imam Hamzah adalah 3 alif (6 harakat) Contoh: شَآءَ , جَآءَ , أُولَــئِكَ 2) Mad Jaiz Munfasil Menurut istilah adalah: هُوَ مَا كَانَ حَرْفُ الْمَدِّ فِى كَلِمَةٍ وَالْهَمْزَةُ فِى كَلِمَةٍ أُخْرَى “Adanya huruf mad dalam satu kalimat dan hamzah pun berada pada kalimat yang lain.” Diuraikan pula dalam kibat Mursyidul Wildan. وَإِنْ تَلاَهُ وَبِأُخْرَى اتَّصَلَ * فَجَائِزٌ مُنْفَصِلٌ كَلآإِلَى “Dan bila Hamzah mengiringi mad pada kalimat lain, maka mad jaiz munfasil seperti lafadz لآإِلَى.” Mad jaiz boleh dibaca panjang dengan beberapa tingkatan dengan ketentuan: a. Hadr (حَدْرٌ) cepat, dibaca 2 harkat (1 alif) b. Tadwir (تَدْوِيْرٌ) sedang, dibaca 4 harkat (2 alif) c. Tartil (تَرْتِيْلٌ) lambat dibaca 5 harkat (2 ½ alif) Sebagaimana dijelaskan dalam nazham: حَدْرٌ وَتَدْوِيْرٌ وَتَرْتِيْلٌ تَرَى * جَمِيْعُهَا مُرَتَّبًا لِمَنْ قَرَا “Menurut ahli qiraat, cara membacanya dikumplkan dalam tiga wazan, yaitu hadr, tadwir dan tartil.” Contoh: إِنَّآ أَنْزَلْنَاهُ , لآ أَعْبُدُ 3) Mad Lazim dan Cabangnya: Menurut bahasa lazim berarti pasti, sedangkan menurut istilah adalah apabila setelah huruf mad atau huruf layyin terdapat huruf bersukun lazim (sukun yang asli) atau huruf bertasydid, baik dalam keadaan washal atau waqaf di dalam kalimat atau huruf. Dalam nadzham disebutkan: وَلاَزِمٌ إِذَا السُّكُوْنُ أُصِّلاَ * وَصْلاً وَوَقْفًا بَعْدَ مَدٍّ طُوِّلاَ “Dan mad lazim yiatu apabila setelah huruf mad ada terdapat huruf sukun asli, baik ketika wasal ataupun waqaf.” Contoh: الْئـنَ asalnya ءَالْئـنَ – ن asalnya نُوْنْ Mad lazim terbagi lagi ke dalam 4 bagian, yaitu: a. Mad lazim harfi musyba’, terbagi dua: Mad lazim harfi musyba’ mutsaqaal Mad lazim harfi musyba’ mukhaffaf. b. Mad lazim harfi mukhaffaf. c. Mad lazim kalimi mutsaqqal d. Mad lazim kalimi mukhaffaf. Mad Lazim Harfi Musyba’ Secara bahasa berarti mad (panjang), lazim (pasti), harfi (huruf), musyba (penuh, tiga ejaan huruf). Sedangkan menurut istilah adalah huruf-huruf yang berada di awal surat yang dibaca panjang, serta dibaca sesuai dengan norma-norma huruf, dibaca ringan tak memakai tasydid. Ukuran panjang bacaannya adalah 3 alif atau 6 harkat. Hurufnya-hurufnya ada delapan, yaitu: ن, ق, ص, ع, س, ل, ك dan م semuanya sdikumpulkan pada kalimat: نَقَصَ عَسَلُكُمْ. Contoh : ق dibaca قَافْ يـس dibaca يَاسِيْنْ Mad lazim harfi Musyba terbagi dua, yaitu: 1. Mad lazim harfi musyba mutsaqqal, yaitu apabila hurufnya diidghamkan, jadi pembacaannya diberatkan akibat proses pengidghaman. Contoh: الــمّ asalnya الـــمْ م 2. Mad lazim harfy musyba’ mukhaffaf, yaitu kebalikan dari yang di atas. Dibacanya ringan karena tidak ada proses pengidghaman. Contoh: كــهــيــعــص Mad Lazim Harfi Mukhaffaf Secara bahasa berarti mad (panjang), lazim (pasti), harfi (huruf), mukhaffaf (ringa). Menurut istilah adalah huruf yang ada pada awal surat dibaca ringan/pendek. Ukuran panjangnya 2 harkat (1 alif). Hurufnya ada lima, yaitu: ح – ي – ط – هـ – ر yang dikumpulkan pada kalimat حَيٌّ طَهُرَ. Contoh: طـــه dibaca طَاهَا حــم dibaca حَامِيْمْ Mad Lazim Kalimi Mutsaqqal Secara bahasa berarti mad (panjang), lazim (pasti), kalimi (kalimat), mutsaqqal (berat). Secara istilah ialah mad thabi’i menghadapi huruf yang ditasydidkan dalam satu kalimah. Adapun yang dimaksud kalimi ialah mad yang dibaca menurut kalimah (tidak satu huruf-satu huruf seperti mad lazim harfi. Jadi syarat mad ini ialah harus adanya huruf bertasydid setelah mad asli. Contoh: وَلاَ الضَّآلِّيْنَ dan مِنْ دَآبَّةٍ Cara membacanya berat sebab ada tasydid. Ukuran panjangnya adalah 3 alif atau enam harkat. Mad Lazim Kalimi Mukhaffaf Secara istilah ialah: هُوَ أَنْ يَكُوْنَ بَعْدَ حَرْفِ الْمَدِّ حَرْفٌ سَاكِنٌ وَلَيْسَ مُدْغَمًا “Apabila setelah huruf mad terdapat huruf yang mati dan tidak ada idgham.” Kalau mad lazim kalimi mukhaffaf syaratnya ialah adanya huruf mati setelah huruf mad atau mad badal menghadapi huruf mati dibaca ringan karena tidak ada tasydid. Contoh: آْلآنَ asalnya أَاَْلآنَ Sedangkan ukurannya ialah 3 alif (6 harkat) dan mad lazim kalimi mukhaffaf hanya bisa ditemukan pada dua tempat, yaitu: a. Surat Yunus ayat 51 b. Surat Yunus ayat 91 BAB III KESIMPULAN Kesimpulan Dari uraian yang telah dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Mad ialah memanjangkan bacaan suatu huruf mad dan mad asli huruf pokoknya ada tiga, yaitu Alif, Wawu dan Iya. Dari hukum mad inilah keluarlah hukum mad far’i atau cabang-cabang yang timbul akibat sebab-sebab tertentu. 2. Bacaan panjang harakat bervariasi sesuai dengan ketentuan mulai dari 2 harakat sampai enam harakat. Dalam hukuman jaiz ada kebolehan membaca berbeda-beda sesuai situasi bacaan, apakah sedang, lambat atau cepat. Adapula bermacam-macam pendapat mengenai panjang bacaan menurut imam Qiraat Sab’ah. Saran Sebelum mengakhiri tulisan ini penulis menyampaikan beberapa saran kepada pembaca sebagai berikut: 1. Untuk seseorang yang ingin mempelajari tajwid hendaklah mengetahui hukum tajwid secara menyeluruh. 2. Walaupun hukum mad termasuk khafi, tapi dianjurkan mempelajarinya karena akan tejadi kerancuan kalau tidak menggunakannya. DAFTAR PUSTAKA Al-Jamzury, Syekh Sulaiman. t.t. Tuhfatu al-Athfal. Semarang: Toha Putra. Iim, Acep Abdurrohman. 2004. Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap. Bandung: CV. Diponegoro. Muhammad, Syekh Sayyid. t.t. Mursyidu al-Wildan. Semarang: Toha Putra. Suhandi, Dedi. 2002. Ilmu Tajwid. Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Pondok Pesantren Cipasung. Syafi’i, A. Mas’ud. 1986. Diajar Tajwid. Bandung: Diponegoro. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 2 1.3 Tujuan 2 BAB I PEMBAHASAN 3 Pengertian Mad 3 Cabang-cabang Mad 3 Mad Ashli 3 Mad Far’i 6 BAB III PENUTUP 12 Kesimpulan 12 Saran 12 DAFTAR PUSTAKA 13Mad Farq
Mad Farq adalah mad yang terjadi dari pertemuan antara Mad Badal dan khuruf bertasydi.Durasi Mad Farq adalah 6 kharokat.
Kasus mad ini hanya terjadi di 4 tempat dalam Al-quran, yaitu pada surat Al-An’am (6) ayat 143 -144, surat Yunus (10) ayat 59 dan surat An-Naml (27) ayat 59.
Berikut ini adalah Mad Farq (perhatikan tampilan berwarna merah) :
Mad menurut bahasa adalah tambahan atau panjang. Menurut istilah ahli qiraat adalah memanjangkan suara bacaan huruf Al-Qur’an disebabkan adanya huruf Mad sesuai aturan-aturan yang berlaku. Perlu terlebih dahulu kita mengenal istilah yang terkait dengan ukuran bacaan panjang, yaitu :
1. Harakat artinya gerak, yaitu gerak sedang, seperti gerak jari, angguk atau ketukan dalam irama musik. Untuk lebih jelasnya, perhatikan uraian berikut ini :
1 harakat = 1 gerak atau 1 ketukan
2 harakat = 2 gerak atau 2 ketukan
3 harakat = 3 gerak atau 3 ketukan
4 harakat = 4 gerak atau 4 ketukan
5 harakat = 5 gerak atau 5 ketukan
6 harakat = 6 gerak atau 6 ketukan
2. Alif adalah salah satu huruf hijaiah yang bersifat netral, tidak masuk dalam kelompok Qamariah maupun Syamsiah, kemudian dijadikan istilah untuk menentukan ukuran bacaan panjang, dengan nilai sebagai berikut :
2 harakat = 2 gerak atau 2 ketukan
3 harakat = 3 gerak atau 3 ketukan
4 harakat = 4 gerak atau 4 ketukan
5 harakat = 5 gerak atau 5 ketukan
6 harakat = 6 gerak atau 6 ketukan
2. Alif adalah salah satu huruf hijaiah yang bersifat netral, tidak masuk dalam kelompok Qamariah maupun Syamsiah, kemudian dijadikan istilah untuk menentukan ukuran bacaan panjang, dengan nilai sebagai berikut :
1 Alif = 2 harakat = 2 gerak atau 2 ketukan
1,5 Alif = 3 harakat = 3 gerak atau 3 ketukan
2 Alif = 4 harakat = 4 gerak atau 4 ketukan
2,5 Alif = 5 harakat = 5 gerak atau 5 ketukan
3 Alif = 6 harakat = 6 gerak atau 6 ketukan
Huruf Mad ada tiga
1. ALIF sebelumnya ada fathah [ ـَ ا ] , dengan kadar panjang dua harakat atau ketukan, seperti :1,5 Alif = 3 harakat = 3 gerak atau 3 ketukan
2 Alif = 4 harakat = 4 gerak atau 4 ketukan
2,5 Alif = 5 harakat = 5 gerak atau 5 ketukan
3 Alif = 6 harakat = 6 gerak atau 6 ketukan
Huruf Mad ada tiga
بَا تَا ثَا جَا حَا خَا دَا ذَا رَا زَا
2. YA’ MATI sebelumnya ada kasrah [ -ِ يْ ] dengan kadar panjang dua harakat atau ketukan, seperti :
سِيْ شِيْ صِيْ ضِيْ طِيْ ظِيْ عِيْ غِيْ فِيْ قِيْ
3. WAW MATI sebelumnya ada dhammah [ -ُ وْ ], dengan kadar panjang dua harakat atau ketukan, seperti :
كُوْ لُوْ مُوْ نُوْ وُوْ هُوْ ئُوْ يُوْ بُوْ تُوْ
Pembagian Mad
Pada garis besarnya, mad terbagi menjadi dua bagian, yaitu Mad Thabi’i (Asli) dan Mad Far’i (cabang) dengan penjelasan sebagai berikut :
A. MAD THABI’I
Mad Thabi’i adalah mad (bacaan panjang) yang terjadi karena adanya salah satu huruf mad seperti tersebut di atas, tanpa adanya sebab lain. Diberi nama mad thabi’i karena madnya berlaku sesuai tabi’at aslinya, sehingga disebut juga dengan “Mad Asli” . Ukuran panjangnya adalah 2 harakat/ketukan. Contoh :
وَمَا لَنَا ☼ قِيْلَ ☼ قُوْلُوْا ☼ فِيْمَا☼
B. MAD FAR’I
Mad Far’i adalah cabang dari mad thabi’i. Mad ini terjadi karena adanya sebab lain disamping huruf mad yang ada. Pembagian mad far’i secara rinci adalah :
1. مَدْ وَاجِبْ مُتَّصِلْ (MAD WAJIB MUTTASHIL) yaitu apabila ada huruf mad dan sesudahnya terdapat hamzah dalam satu kata. Hal ini sejalan dengan kata “muttashil” yang berarti “bersambung”. Ukuran panjangnya adalah 5 harakat / ketukan atau sama dengan 2,5 Alif. Contoh :
شَاءَ ☼ جَاءَ ☼ سُوْءَ ☼ سِيْئَتْ☼
2.مَدْ جَائِزْ مُنْفَصِلْ (MAD JAIZ MUNFASHIL ) ) yaitu apabila ada huruf mad dan sesudahnya terdapat hamzah (Alif berbaris) bukan dalam satu kata. Hal ini sejalan dengan kata “munfashil” yang berarti “terpisah”. Ukuran panjangnya adalah 2 sampai 5 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 2,5 Alif. Contoh :
وَمَا اُنْزِلَ ☼ قُوْا اَنْفُسَكُمْ ☼ فِيْ اَنْفُسِهِمْ ☼
3. مَدْ عَارِضْ لِلسُّكُوْنْ (MAD ARIDH LISSUKUN) yaitu apabila ada huruf mad yang disambut huruf hidup yang dimatikan karena waqaf. Hal ini sejalan dengan kata “aridh lissukun” berarti “sukun baru datang”. Ukuran panjangnya adalah 2 sampai 6 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 3 Alif. Contoh :
شَدِيْدُ الْعِقَابْ dibaca ☼ شَدِيْدُ الْعِقَابِ ☼ ـ نَسْتَعِيْنْ dibaca ☼ نَسْتَعِيْنُ ☼ يَعلَمُوْنْ dibaca ☼ يَعْلَمُوْنَ☼ ـ حَكِيْمْ dibaca ☼ حَكِيْمٌ ☼
4. مَدْ بَدَلْ (MAD BADAL) yaitu mad yang terjadi karena ada huruf mad sebagai ganti dari hamzah yang dibuang. Hal ini sejalan dengan kata “badal” yang berarti “ganti” Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1Alif. Contoh :
Asalnya أَأْمَنَ ditulis dan dibaca امَنَ
Asalnya اُأْتُوْا ditulis dan dibaca اُوْتُوْا
Asalnya اِئْمَانٌ ditulis dan dibaca اِيْمَانٌ
5. مَدْ عِوَضْ (MAD ‘IADH) yaitu mad yang terjadi karena waqaf pada alif pengganti dari fathatain [ ـً ]. Fathatain [ ـً ا ] dibaca fathah [ ـَ ا ]selain ta’ marbuthah [ ـة ]. Hal ini sejalan dengan kata “’iwadh” yang berarti “ganti”. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Contoh:
مَاءَ ا dibaca ☼ مَاءً☼ ـ مُسَمَّى dibaca ☼ مُسَمًّى☼
حَكِيْمَا dibaca ☼حَكِيْمًا☼ ـ هُـدَى dibaca ☼ هُـدًى☼
6. مَدْ لَيِّنْ (MAD LAYYIN) yaitu mad yang terjadi ketika ada huruf Waw atau Ya’ mati sebelumnya berharakat fathah [ ـَ وْ / ـَ يْ ] karena waqaf , sehingga terdengar suara lembut. Sejalan dengan kata “Layyin” yang berarti “lunak atau lembut”. Ukuran panjangnya adalah 2 sampai 6 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 3 Alif. Contoh :
سَوْفْ dibaca ☼ سَوْفَ☼ ـ خَوْفْ dibaca ☼ خَوْفٌ ☼ بَيْتْ dibaca ☼ بَيْتٌ☼ ـ شَيْءْ dibaca ☼ شَيْءٍ ☼
7. مَدْ تَمْكِيْنْ (MAD TAMKIN) yaitu mad yang terjadi karena ada dua huruf Ya’ yang berkumpul dalam satu kata[ ـيّـيْـ ] Ya’ yang pertama bertasydid dan berharakat kasrah, sedangkan Ya’ yang keua berfungsi sebagai huruf mad. Disebut “Tamkin” yang berarti “menetapkan” karena harus menetapkan fungsi tasydid dalam bacaan. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Contoh:
رَبَّانِيِـّـيْـنَ ☼ اُ مِّيِـّـيْـنَ ☼ نَبِيِـّـيْـنَ ☼ حُـيِـّـيْـتُمْ
Dan juga disebut mad tamkin menurut sebagian ahli qiraat adalah mad yang terjadi karena ada Ya’ mati yang sebelumnya berharakat kasrah disambut oleh Ya' lain pada kata berikutnya. Atau ada Waw mati yang sebelumnya berharakat dhammah disambut oleh Waw lain pada kata berikutnya. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Contoh:
اِصْبِرُوْا وَصَابِرُوْا وَرَابِطُوْا وَاتَّقُوْا اللهَ ☼ اَلَّذِيْ يُوَسْوِسُ ☼ اَلَّذِيْ يُقْرِضُ ☼فِيْ يَوْمٍ
8. مَدْ صِلَة قَصِيْرَة (MAD SHILAH QASHIRAH) yaitu mad yang terjadi pada kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki, dengan lambang HI/HU [ هِ / هُ ] yang sebelumnya ada huruf hidup dan sesudahnya tidak terdapata hamzah. Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Ukuran panjang 2 harakat termasuk "Qashirah" yang berarti "pendek". Contoh:
اِنَّهُ ☼ كُتُبِهِ ☼ رَسُوْلُهُ ☼ رَجْعِهِ ☼ مِثْلَهُ ☼ كُلُّـهُ
9. مَدْ صِلَة طَوِيْلَة (MAD SHILAH THAWILAH) yaitu mad yang terjadi pada kata ganti orang ketiga tunggal laki-laki, dengan lambang HI/HU [ هِ / هُ ] yang sebelumnya ada huruf hidup dan sesudahnya terdapata hamzah. Ukuran panjangnya adalah 2 sampai 5 harakat / ketukan atau sama dengan 1 sampai 2,5 Alif. Ukuran panjang lebih dari 2 harakat termasuk "Thawilah" yang berarti " panjang". Contoh :
اِنَّـهُ أَضْحَكَ ☼ مِنْ عِلْمِـهِ إِلاَّ ☼ لَـهُ أَخْلَدَهُ
CATATAN :
- Apabila sebelum HU / HI terdiri dari huruf mati (bersukun), seperti [ ـْـه ] , maka tidak berlaku mad shilah. Contoh : عَلَيْهِ ☼ عَنْهُ ☼ فِيْهِ ☼ لَدُنْهُ
- HI pada kata [ فِيْهِ ] dalam surat Al-Furqan ayat 69, walaupun sebelumnya terdiri dari huruf yang bersukun, tetap dibaca panjang 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif, seperti : وَيَخْلُدْ فِيْـهِ مُهَانًا
- HI / HU [ هُ / هِ ]yang bukan kata ganti, walaupun sebelumnya terdapat huruf hidup, tidak boleh dibaca panjang atau dengan kata lain tidak berlaku mad. Contoh : لَئِنْ لَمْ يَنْتَهِ – Surat Al-Alaq [96] : 15 – Surat Asy-Syu’ara [26] : 116 dan 167 – Surat Maryam [19] : 46 – Surat Al-Ahzab [33] : 60
dan مَا نَفْقَهُ Surat Huud [11] : 91 - dan فَوِاكِهُ Surat Al-Mu’minun [23] : 19 – Surat Ash-Shaffaat [37] : 42 – Surat Al-Mursalaat [77] : 42. Dan juga يَرْضَهُ لَكُمْ Surat Az-Zumar [39] : 7 -
- Sesudah HU / HI terdapat huruf yang bersukun, maka mad tidak berlaku lagi. Contoh : اِنَهُ امْرُؤٌ ☼ لَهُ الْمُلْكُ ☼ رَبِـّهِ الأَعْلَى
10. مَدْ فَـرْقِيْ (MAD FARQI) yaitu mad yng terjadi karena ada hamzah istifham, yaitu hamzah yang berfungsi sebagai kata tanya [ هَمْـزَة اِسْتِفْهَامْ ] dan sesudahnya ada hamzah yang dibuang yang disambut huruf bertasydid. Disebut ”Farqi” yang berarti “membedakan” adalah untuk membedakan antara kelimat berita dan kalimat tanya. Dan dibaca panjang sebagai isyarat, bahwa ada huruf yang dibuang. . Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Dalam Al-Qur’an hanya terdapat 4 tempat, yaitu :
- Asalnya اَ اَلذَّكَرَيْنِ ditulis dan dibaca Z لذَّكَرَيْنِﺁ (QS.Al-An’am [6] : 143-144)
- Asalnya اَ اَللهُ ditulis dan dibaca Z للهُﺁ (QS.Yunus [10] : 59, An-Naml [27] : 59)
11. مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُخَفَّفْ (MAD LAZIM HARFI MUKHAFFAF) yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal pada permulaan surah-surah dalam Al-Qur’an yang bila dibaca menjadi dua huruf, dengan huruf mad Alif sebagai huruf kedua. Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan harfi karena mad itu terjadi pada huruf, bukan pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mukhaffaf, karena ringan mengucapkannya. Hurufnya ada lima, yaitu : [حَيٌّ طَهَرَ ] = ح ي ط هـ ر Ukuran panjangnya adalah 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif. Contoh :
Tulisan الـر ـ طه dibaca رَا ـ طَـا ـ هَـا
Tulisan يـس ـ حـم dibaca يَـا ـ حَـا
12. مَدْ لاَزِمْ حَرْفِيْ مُثَقَّلْ (MAD LAZIM HARFI MUTSAQQAL) yaitu mad yang terjadi pada huruf-huruf tunggal pada permulaan surah-surah dalam Al-Qur’an yang bila dibaca menjadi tiga huruf dengan huruf mad sebagai huruf kedua, sedang huruf ketiga mati. Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan harfi karena mad itu terjadi pada huruf, bukan pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mutsaqqal, karena berat mengucapkannya. Hurufnya ada delapan, yaitu :
[ نَـقَـصَ عَـسَـلُـكُـمْ ] = ن ق ص ع س ل ك م
Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Contoh :
Tulisan الـم dibaca ـ مِـيْـمْ لاَمْ
Tulisan يـس ـ حـم dibaca سِـيْـنْ ـ مِـيْـمْ
Tulisan كـهـيـعـص dibaca كَا فْ ـ عَيْنْ ـ صَـا فْ
Tulisan ن ـ عسق dibaca نُوْنْ ـ عَيْنْ ـ سِـيْـنْ ـ قَافْ
13. مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُخَفَّفْ (MAD LAZIM KILMI MUKHAFFAF) yaitu mad yang terjadi karena ada hamzah istifham, yaitu hamzah yang berfungsi sebagai kata tanya [ هَمْـزَة اِسْتِفْهَامْ ] dan sesudahnya ada hamzah yang dibuang yang disambut huruf mati (sukun). Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan kilmi karena mad itu terjadi pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mukhaffaf, karena ringan mengucapkannya. Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Contoh :
Asalnya اَ اَلأنَ ditulis dan dibaca Z لأنَ ﺁ (QS.Yunus [10] : 51 dan 91)
14. مَدْ لاَزِمْ كِلْمِيْ مُثَقَّلْ (MAD LAZIM KILMI MUTSAQQAL) yaitu mad yang terjadi apabila huruf mad disambut oleh huruf bertasydid dalam satu kata. Disebut mad lazim karena mesti dibaca panjang. Dinamakan kilmi karena mad itu terjadi pada kata atau kalimat. Dan dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya. Ukuran panjangnya adalah 6 harakat / ketukan atau sama dengan 3 Alif. Contoh :
طَـامَّـةٌ ☼ صَـاخَّـةٌ ☼ دَابَّـةٌ ☼ ضَـالِّيْنَ
CATATAN PENTING :
1. Terdapat huruf mad, namun dibaca pendek, yaitu :
QS. Al-Kahfi [18} : 14 - Tulisan لَنْ نَدْعُوَا dibaca لَنْ نَدْعُوَ
QS. Al-Maidah [5] : 29 - Tulisan اَنْ تَبُـوْ ءَ ا dibaca اَنْ تَبُـوْ ءَ
QS. Ar-Ruum [30] : 39 - Tulisan لِـيَرْبُوَا dibaca لِـيَرْبُوَ
QS. Ar-Ra’du [13] : 30 - Tulisan لِتَـتْـلُوَا dibaca لِتَـتْـلُوَ
QS.Muhammad [47] : 4 - Tulisan لِيَـبْـلُوَا dibaca لِيَـبْـلُوَ
QS. Muhammad [47] : 31 - Tulisan وَنَـبْـلُوَا dibaca وَنَـبْـلُوَ
QS. Al-Kahfi [18}: 23 - Tulisan لِشَـايْءٍ dibaca لِشَيْءٍ
QS. Yusuf [12] : 78 – Tulisan لاَ تَايْـئَـسُوْا dibaca لاَ تَـيْـئَـسُوْا
QS.Dahr [76] : 4 - Tulisan سَـلاَسِلاَ dibaca سَلاَسِلَ
QS.Hud [11] : 68 dll. Tulisan ثَمُوْدَا dibaca ثَمُوْدَ
QS.Al-Baqarah [2] : 5 dll.- Tulisan اُولئِكdibaca اُلئِكَ
QS.Al-A’raf [7] : 103 dll. - Tulisan وَمَلاَ ئِهِdibaca وَمَلَـئِـهِ
QS.Al-Isra’ [17] : 5 dll.- Tulisan اُولِيْ dibaca اُلِيْ
QS.Al-An’am {6} : 34.- Tulisan نَـبَـاءِ dibaca نَـبَـاِ
QS. Al-An’am {6} : 39- Tulisan يَشَـاءِ dibaca يَشَـاِ
2. Terdapat huruf Alif yang di atasnya ada bulatan panjang [ صَفَرْ مُسْتَطِيْلْ ] bila terus (washal) dibaca pendek, bila (waqaf) dibaca panjang 2 harakat / ketukan atau sama dengan 1 Alif.
QS.Al-Ahzab [33]:10 اَلظُّنُوْنَا = Waqaf الظُّنُوْنَا - Washal اَلظُّنُوْنَ
QS.Al-Ahzab [33]:66 اَلرَّسُوْلاَ = Waqaf اَلرَّسُوْلاَ - Washal اَلرَّسُوْلَ
QS.Al-Ahzab[33] :67 اَلسٍّبِيْلاَ = Waqaf اَلسَّبِيْلاَ - Washal اَلسَّبِيْلَ
QS. Al-Kahfi [18}: 38 لكِنَّـا = WaqafZ لكِنَّـا - Washal لكِنَّ
QS. Ali-Imran [3] : 81 dll. اَنَا = Waqaf اَنَـا - Washal اَنَ
3. Dalam surat Ad-Dahr [76] akhir ayat 15 dan awal ayat 16 terdiri dari dua kata yang sama, yaitu قَـوَارِيْرَا… ☼ …قَـوَارِيْرَا
- Bila waqaf pada kata ☼…قَـوَارِيْرَا pertama, maka Ra’ akhir suku kata dibaca panjang 2 harakat / ketukan. Dan Ra’ pada akhir suku kata kedua dibaca washal dan pendek. Contoh :
Tulisan قَـوَارِيْرَا… ☼ …قَـوَارِيْرَاdibaca قَـوَارِيْرَمِنْ… ☼ …قَـوَارِيْرَا
- Bila waqaf pada kata قَـوَارِيْرَا… kedua, maka Ra’ akhir suku kata itu dimatikan, dan Ra’ pada akhir suku kata pertama dibaca pendek. Contoh :
Tulisan قَـوَارِيْرَا… ☼ …قَـوَارِيْرَا dibaca قَـوَارِيْرْ… ☼ …قَـوَارِيْرَ
- Bila Washal , kedua Ra’ itu dibaca pendek. Contoh :
Tulisan قَـوَارِيْرَا… ☼ …قَـوَارِيْرَاdibaca قَـوَارِيْرَمِنْ… - …قَـوَارِيْرَ
Hukum Bacaan: Mad Far'i
(Mad Lazim Mukhaffaf Harfi)
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi, adalah:
Mad thabi'i yang bertemu dengan sukun asli pada salah satu huruf hijaiyah yang tidak bertasydid. Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Contoh, huruf mim dalam: . Catatan: huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surat ada 14 huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat: . Ini terbagi ke dalam 4 bagian: Pertama, yang jumlah hurufnya ada 3, dimana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada 7 huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam kalimat: kecuali huruf 'ain. Bagian pertama ini aturan membacanya panjang, 6 harakat. Kedua, jumlah hurufnya ada 3, dimana huruf layin terletak di tengah-tengah, yaitu huruf 'ain. Bagian kedua ini boleh dibaca panjang, 4 atau 6 harakat. Ketiga, jumlah hurufnya ada 2, dimana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya ada 5, yaitu yang tergabung dalam kalimat: . Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan mad thabi'i, yaitu 2 harakat. Keempat, jumlah hurufnya ada 3 dan tidak terdapat huruf mad di tengah-tengahnya. Hurufnya hanya 1, yaitu alif. Aturan membacanya adalah biasa, tidak terdapat mad. Petunjuk: Pilih & Klik Diagram dengan Latar Belakang Warna Kuning ! Al-Baqarah (2): 1 Bunyi Surah: Klik Surah di Atas ! Cara Membaca Mad FarqSaudaraku….Apabila diasumsikan panjang Mad Farq adalah 6 ketukan, maka cara membaca Mad Farq adalah sebagai berikut: Saudaraku… Panjang bacaan Mad Farq pada “AAAAAADZ” adalah 6 ketukan, yaitu dari ketukan ke-3 hingga ketukan ke-8. Karena itu, praktek pembacaan Mad Farq adalah: Ketukan ke-3 berbunyi “A”. Pertahankan bunyi “A” hingga ketukan ke-8. Pada ketukan ke-8, bunyi khuruf tasydid setelahnya (DZAL) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara “A”-nya. Kira-kira, kalau satu khuruf “A” mewakili satu ketukan, bunyi lengkap Mad Farq adalah “Qul AAAAAADZakaraini”. Bunyi vokal “A” dari ketukan ke-3 hingga bunyi “DZ” pada ketukan ke-8 TIDAK BOLEH TERPUTUS.
Ketukan ke-3 berbunyi “A”. Pertahankan
bunyi “A” hingga ketukan ke-8. Pada ketukan ke-8, bunyi khuruf
tasydid setelahnya (LAM) terbawa. Yang terdengar panjang adalah suara
“A”-nya. Kira-kira, kalau satu khuruf “A” mewakili satu ketukan,
bunyi lengkap Mad Farq adalah “Qul AAAAAALLoohu”. Bunyi vokal “A”
dari ketukan ke-3 hingga bunyi “L” pada ketukan ke-8 TIDAK BOLEH
TERPUTUS.
HUKUM MAD
Arti dari mad adalah memanjangkan suara suatu bacaan. Huruf mad ada tiga yaitu : ا و ي
Jenis mad terbagi 2 macam, yaitu :
1. Mad Ashli / mad thobi’i
Mad Ashli / mad thobi’I terjadi apabila :
- huruf berbaris fathah bertemu dengan alif
- huruf berbaris kasroh bertemu dengan ya mati
- huruf berbaris dhommah bertemu dengan wawu mati
Panjangnya adalah 1 alif atau dua harokat.
contoh :
2. Mad far’i
Adapun jenis mad far’i ini terdiri dari 13 macam, yaitu :
1) Mad Wajib Muttashil
Yaitu
setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam satu kata. Panjangnya
adalah 5 harokat atau 2,5 alif. (harokat = ketukan/panjang setiap suara)
Contoh :
2) Mad Jaiz Munfashil
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan hamzah dalam kata yang berbeda.
Panjangnya adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif).
Contoh :
3) Mad Aridh Lisukuun
Yaitu setiap mad thobi’i bertemu dengan huruf hidup dalam satu kalimat dan dibaca waqof (berhenti).
Panjangnya
adalah 2, 4, atau 6 harokat (1, 2, atau 3 alif). Apabila tidak dibaca
waqof, maka hukumnya kembali seperti mad thobi’i.
Contoh :
4) Mad Badal
Yaitu mad pengganti huruf hamzah di awal kata. Lambang mad madal ini biasanya berupa tanda baris atau kasroh tegak .
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif)
Contoh :
5) Mad ‘Iwad
Yaitu mad yang terjai apabila pada akhir kalimat terdapat huruf yang berbaris fathatain dan dibaca waqof.
Panjangnya 2 harokat (1 alif).
Contoh :
6) Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf yang bertasydid.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
7) Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi
Yaitu bila mad thobi’i bertemu dengan huruf sukun atau mati.
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif).
Contoh :
8) Mad Lazim Harfi Musyba’
Mad ini terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada delapan, yaitu :
Panjangnya adalah 6 harokat (3 alif)
Contoh :
9) Mad Lazim Mukhoffaf harfi ( )
Mad ini juga terjadi hanya pada awal surat dalam al-qur’an. Huruf mad ini ada lima, yaitu :
Panjangnya adalah 2 harokat.
Contoh :
10) Mad Layyin
Mad ini terjadi bila :
huruf berbaris fathah bertemu wawu mati atau ya mati, kemudian terdapat huruf lain yg juga mempunyai baris.
Mad ini terjadi di akhir kalimat kalimat yang dibaca waqof (berhenti).
Panjang mad ini adalah 2 – 6 harokat ( 1 – 3 alif).
Contoh :
11) Mad Shilah
Mad ini terjadi pada huruh “ha” di akhir kata yang merupakan dhomir muzdakkar mufrod lilghoib (kata ganti orang ke-3 laki-laki).
Syarat
yang harus ada dalam mad ini adalah bahwa huruf sebelum dan sesudah
“ha” dhomir harus berbaris hidup dan bukan mati/sukun.
Mad shilah terbagi 2, yaitu :
a) Mad Shilah Qashiroh
Terjadi
bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf selain hamzah. Dan biasanya mad
ini dilambangkan dengan baris fathah tegak, kasroh tegak, atau dhommah
terbalik pada huruf “ha” dhomir.
Panjangnya adalah 2 harokat (1 alif).
Contoh :
b) Mad Shilah Thowilah
Terjadi bila setelah “ha” dhomir terdapat huruf hamzah.
Panjangnya adalah 2-5 harokat (1 – 2,5 alif).
Contoh :
12) Mad Farqu
Terjadi
bila mad badal bertemu dengan huruf yang bertasydid dan untuk
membedakan antara kalimat istifham (pertanyaan) dengan sebuutan/berita.
Panjangnya 6 harokat.
Contoh :
13) Mad Tamkin
Terjadi
bila 2 buah huruf ya bertemu dalam satu kalimat, di mana ya pertama
berbaris kasroh dan bertasydid dan ya kedua berbaris sukun/mati.
Panjangnya 2 – 6 harokat (1 – 3 alif).
Contoh :
Hukum Mad
Yang dimaksud dengan Mad ialah memanjangkan bunyi suara susuatu huruf. Huruf Mad ada tiga : , , dan .
Dan ketiga huruf tersebut bertanda saksi mati (sukun). Sesuatu huruf
dibaca Mad (panjang), apabila huruf tesebut/kalimat itu bersambung
dengan salah satu dari pada huruf Mad itu.
a. Alif mati sesudah huruf berbaris di atas (fathah) :
Contoh :
BAANA, TAANA, TSAANA, JAANA.
b. Wau mati, sesudah huruf berbaris di depan (dlommah) :
Contoh :
BUUNA, TUUNA, TSUUNA, JUUNA.
c. Ya mati sesudah huruf berbaris di bawah (kasroh) :
Contoh :
BIINA, TIINA, TSIINA, JIINA.
Mad terbagi dua macam :
1. Mad Ashli
2. Mad Far’i
1. Mad Ashli ( Mad Thobi'i )
Pada Mad Ashli, huruf Mad tidak diikuti oleh atau huruf mati,
baik mati asli ataupun mati karena membaca berhenti. Panjang
bunyi suatu Mad pada Mad Ashli yaitu 2 harkat (ketuk) atau 1 Alif.
a. Alif mati sesudah huruf yang berbaris di atas (fathah).
b. Wau mati sesudah huruf yang berbaris di depan (dlommah).
c. Ya' mati sesudah huruf yang berbaris di bawah (kasroh).
Contoh :
QOO-LA, YAQUU-LU, QII-LA.
Termasuk juga kalimat berikut :
dan
Pengecualian :
a. Pada ayat berikut :
‘LAAKINNAA HUWALLAAHU, harus dibaca ‘LAAKINNA HUWALLAAHU
LAAKINNAA, dibaca pendek karena asalnya: LAAKIN-ANAA
Jadi ANAA yang berarti ‘Saya’ harus dibaca pendek : ANA.
Kecuali bila diwaqafkan(berhenti), maka dibaca panjang
seperti :
LAAKINNAA
b. Demikian juga pada surat-surat berikut :
1. Surat Muhammad ayat 31 :
WANABLUWAA, harus dibaca WANABLUWA
2. Surat Muhammad ayat 4 :
LIYABLUWAA, harus dibaca LIYABLUWA.
3. Surat Arrum ayat 39 :
LIYARBUWAA, harus dibaca LIYARBUWA.
4. Surat arro’du ayat 30 :
LITABLUWAA, harus dibaca LITABLUWA
5. Surat Al Kahfi ayat 14 :
LAN-NAD’UWAA, harus dibaca LAN-NAD’UWA
Keteranga :
Kalimat tersebut di atas dibaca demikian karena ‘Alif’ tersebut
bukanlah huruf Mad, melainkan untuk menyatakan bahwa huruf
‘Wau’ nya berbaris di atas (fathah)
c. Demikian juga pada surat-surat berikut :
1. Pada Surat Addahr ayat 4 :
SALAASILAN, harus dibaca SALAASILA.
2. Pada Surat Addhar ayat 15 – 16 :
QOWAARIIROO, harus dibaca QOOWAARIIRO.
3. Pada Surat Al Ankabut ayat 38 :
TSAMUUDAA, harus dibaca TSAMUUDA.
4. Pada Surat Al Maidah ayat 29 :
ANTABUU-AA, harus dibaca ANTABUU-A.
5. Pada Surat Al Ahzab ayat 10 :
AZHONUUNAA, harus dibaca AZHONUUNA.
6. Pada Surat Al Ahzab ayat 66 :
ARROSUULAA, harus dibaca ARROSUULA.
7. Pada Surat Al Ahzab ayat 67 :
ASSABIILAA, harus dibaca ASSBIILA.
Keterangan :
Demikian kalimat tersebut di atas dibaca harus dibaca
pendek dan tidak dipanjangkan namun butir pada no. 1, 2,
dan 3 boleh dipanjangkan.
d. Demikian pula menurut qqiro'at hafish dan warasy :
AL-MALAA –U harus dibaca AL MALA-U
Keterangan :
Kalimat di atas dibaca demikian karena ‘Alif’ yang terletak
pada ‘Lam’ bukan huruf ‘Mad’ melainkan untuk tempat
'Hamzah', jadi harus dibaca pendek, bukan panjang.
e. Demikian pula pada bacaan berikut :
UULAA-IKA harus dibaca U-LAA-IKA
LI-ULI harus dibaca U-LI
Keterangan :
Kalimat-kalimat di atas tidak dibaca panjang bunyi suara ‘U’
nya dan samar (tidak jelas) bunyinya, karena 'Wau' nya
tersebut bukan huruf 'Mad', tetapi sebagai tanda 'Hamzah'
yang berbaris di depan (Dlommah).
2. Mad Far'i
Pada Mad Far’i, huruf Mad dan huruf Layn diikuti oleh atau
huruf mati baik mati asli maupun mati karena membaca
berhenti.
a. Mad Wajib Muttashil
Mad Wajib Muttashil ialah bertemunya Mad Ashli (Mad
Thobi’i) dalam satu kata dengan huruf dan dibaca panjang
sepanjang 5 harkat (ketukan).
Contoh :
Surat Al Fajar ayat 22-23
Surat Al Insaan ayat 23
b. Mad Jaiz Munfashil
Mad Jaiz Munfashil ialah Mad Ashli ( Mad Thobi’i ) di satu
kalimat bertemu dengan huruf hamzah pada kalimat
berikutnya, dan dibaca sepanjang 2, 4, atau 6 harkat.
Contoh :
Surat Al Lahab ayat 1-2
Surat Al Qadr ayat 1
c. Mad ‘Aridl Lissukun
Mad Arid Lissukun ialah bertemunya Mad Ashli (
Thobi’i) dengan satu huruf yang hidup dalam satu kalimat dan
berhenti (diwaqafkan), maka panjang bunyi suara 2 harkat, 4
dan 6 harkat.
Contoh :
Surat Al Kafirun ayat 1-2
Surat An Nas ayat 1-3
d. Mad Badal
Mad Badal ialah Mad pengganti hurufdengan tanda saksi (
baris ) ‘fathah’ tegak atau ‘kasroh’ tegak, dan panjang bunyi
suaranya 2 harkat.
Contoh :
AADAMA, AAMANA, IIMAAN,
IILAAFIHIM, UUTUU.
Atau pada penulisan yang berbeda :
Berkumpulnya huruf Mad dengan Hamzah dalam kalimat,
tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf mad dan cara
membaca Mad Badal dengan memanjangkannya 2 harkat atau
satu alif
Contoh :
Keterangan :
Mad Badal ialah Mad yang bersama dengan ‘Hamzah’ dan
letaknya pada awal suku kata, Mad Badal bertanda
saksi ‘Tegak’ atau 'Telentang' , huruf 'Ya' dan 'Wau'
sebagai pengganti ( badal ) dari pada ‘Hamzah’ yang
dihilangkan. Dan asalnya seperti:
Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk seluruh kalimat seperti
di atas, seperti kalimat dibaca ‘UUHIYA’ , dan tidak
berasal dari pada kalimat tersebut :
e. Mad 'Iwadli
Mad Iwadli ialah apabila pada akhir kalimat yang hurufnya
bertanda saksi tanwin fathatain (berbaris dua di atas)
diwaqafkan (berhenti) maka tanwin fathahtain
berganti dengan Mad, maka dibaca sepanjang 2 harkat.
Contoh :
‘ALIIMAN, dibaca/berhenti ‘ALIIMAA.
SAMII’AN, dibaca/berhenti SAMII’AA
Pengecualian :
Kecuali huruf terakhirnya berupa ‘TA MARBUTHO’ dan
bertanwin fathahtain, maka bila berhenti ( diwaqafkan) tidak
menjadi Mad ‘Iwali, tetapi Ta Marbutho itu dibaca ‘Ha’ dan
tidak panjang.
Contoh :
SHOLAATAN, dibaca/berhenti SHOLAAH
NI’MATAN, dibaca/berhenti NI’MAH.
Keterangan :
Pada setiap kalimat yang huruf terakhirnya ‘Ta Marbutho’ yang
bertanda saksi baris satu di atas/baris dua di atas, baris satu di
depan/baris dua di depan, dan baris satu di bawah/baris dua
di bawah pabila berhenti (diwaqafkan) harus dibaca
‘Ha’.
Contoh :
AL-QOORI’ATU, dibaca/berhenti AL-QOORI’AH.
HAAWIYATUN, dibaca/berhenti HAAWIYAH.
FIL-HUTHOMATI, dibaca/berhenti FIL-HUTHOMAH
MUMADDADATIN, dibaca/berhenti MUMADDADAH.
f. Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi
Mad Lazim Mutsaqqol Kalimi ialah Mad Ashli (Thobi’i) bertemu
dengan huruf yang bertasydid di dalam satu kata, maka,
panjangnya 6 harkat.
Contoh :
WALA-DLOOLLIIN, AL-HAA-QQOH, MIN DA-BBAH
g. Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi
Mad Lazim Mukhoffaf kalimi ialah bila Mad Badal bertemu
dengan huruf mati (sukun), maka panjangnya 6 harkat. Di
dalam Al Qur’an yang termasuk Mad Lazim Mukhoffaf Kalimi
hanya ada satu kata, yaitu dalam Surat Yunus, yaitu :
AAAAAAL-AA-NA, asalnya A-AL-AANA
h. Mad Lazim Harfi Musyabba’
Mad Lazim Harfi Musyabba’ terdapat pada huruf-huruf
permulaan dalam Surat Al Qur'an, dan dibaca panjang 6
harkat, dan huruf-huruf tersebut ada 8 yaitu :
1. NUN 2. QOF 3. SHOD 4. ‘AIN 5. SIN
6. LAM 7. KAF 8. MIM
Contoh :
ALIF-LAAM-MIIM. KAAF-HAA-YAA’-‘AIIN-SHOOD, YAA –SIIN.
i. Mad Lazim Mukhofaf Harfi
Mad Lazim Mukhofaf Harfi ialah bahwa huruf-huruh yang ada
pada permulaaan surat dalam Al Qur’an yang dibaca panjang
bunyi suaranya 2 harkat sebanyak 5 huruf, dan yang dibaca
dengan panjang bunyi suara satu harkat ada satu huruf yakni
‘Alif’. Dan 5 huruf yang dibaca panjang 2 harkat yaitu :
1. HA’ 2. YA’ 3. THO 4. HA’ 5. RO’
Comtoh :
THOO-HAA, HAA-MIIIIIIM, YAA-SIIIIIIN
Keterangan :
Pada kalimat ‘ HAA-MIM’ dan ‘YAA-SIIN’, maka ‘HA’nya dibaca 2
harkat dan ‘MIM’ nya 6 harkat. Demikian pula pada kalimat
‘YA-SIIN’ maka ‘YA’nya dibaca 2 harkat dan ‘SIIN’nya dibaca 6
harkat.
j. Mad Layin
Mad Layin ialah bahwa huruf ‘Wau’ mati (sukun) atau ‘Ya’ mati
(sukun) didahuluioleh fathah ( huruf berbaris satu di atas)
kemudian huruf yang bertanda saksi hidup,maka
dibaca panjang bunyi suaranya 2 s/d 6 harkat.
Contoh :
MIN KHAU-FIN, dibaca/berhenti MIN KHAU-F.
HADZAL-BAITI, dibaca/berhenti HADZAL-BAI-T.
Keterangan :
Mad Layin dapat terjadi bila diwaqafkan (berhenti), dan
apabila membacanya tidak diwaqafkan (berhenti), maka tidak
menjadi Mad Layin dan tidak panjang bunya suaranya.
k. Mad Shila
1). Mad Shilah Qoshiiroh
Mad Shilah Qoshiiroh ialah bila huruf ‘Ha’ bertanda saksi
Dlommah terbalik atauKasroh tegak dibaca panjang 2
harkat.
Contoh:
LAHUU, ROBBIHII, FIIHIL LADUN-HUU
2). Mad Shilah Thowillah
Mad Shilah Thowillah ialah bila ‘Ha’ berbaris di depan
(dlommah) bertemu dengan huruf ‘Hamzah’ , panjang bunyi
suaranya 2 s/d 5 harkat.
Contoh :
Pada Surat Al Lail ayat 11 :
Pada Surat Al Baqarah (pertengahan ayat 255) :
l. Mad Farqi
Mad farqu ialah bila Mad Bad al bertemu dengan huruf yang
bertasydid dan berguna. Untuk membedakan antara kalimat
Istifham (pertanyaan pada pokok kalimat) dansebutan (berita),
dan panjang bunyi suaranya 6 harkat. Mad Farqu di dalam Al
Qur’an ditemukan hanya pada 4 tempat yaitu pada Surat Al
An’am dan Surat Yunus. Dua tempat pada Surat Al An’am,
yaitu ayat 143 dan 144 ( sama bunyi ayatnya) :
QUL AA-DZAKARINA kalimat asalnya QUL A-ADZAKARINA
AA-LLAAHU GHOIRU …… kalimat asalnya A-ALLAAHU......
Satu tempat pada Surat Yunus, yaitu :
QUL AA-LLAAHU ADZINA LAKUM kalimat asalnya QUL A-ALLAAHU………
m. Mad Tamkiin
Mad Tamkiin ialah bila 2 huruf ‘Ya’ bertemu dalam satu
kalimat, yang pertama bertanda baris bawah serta bertasydid
dan yang kedua bertanda mati, dan berikutnya huruf bertanda
saksi hidup. Dan dibaca dengan panjangnya 2 s//d 6 harkat.
Contoh :
WANNABIY-YIINA, UMMIY-YIINA, HUY-YIITUM.
|
makasih ya... bermanfaat banget ini blog. maju terus yah
BalasHapus