Senin, 19 Desember 2011

ANALISIS FILM THE MIRACLE WORKER MELALUI PENDEKATAN TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME

ANALISIS FILM THE MIRACLE WORKER
MELALUI PENDEKATAN TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Faifda Ariyani M. Si S. PSi


Disusun oleh:
MUHAMMAD LATIF


G 000 080 065
JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2009
 

A. SINOPSIS
Hellen Keller adalah seorang anak perempuan berusia sepuluh tahun yang mempunyai keterbatasan indera. Ia mengalami kebutaan, tuna rungu dan tuna wicara. Hellen Keller merupakan anak dari pasangan Arthur Keller dan Catie Keller, ia juga mempunai kakak tiri bernama James yang diserahi perkebunan tembakau oleh ayahnya.
Karena keterbatasan yang dimiliki Hellen itulah ayahnya hendak memasukkannya ke rumah sakit jiwa. Namun hal tersebut ditolak oleh ibu dan bibi Hellen. Kemudian bibi Hellen menyarankan agar ayah Hellen mengirimkan surat kepada Dr. Chisolm di Baltimore guna meminta dikirimkan seorang pengasuh sekaligus pengajar untuk Hellen.
Tak berapa lama surat itupun sampai pada Dr. Chisolm dan beliau langsung menugaskan Ny. Annie Sullivan untuk menjadi pengasuh sekaligus pengajar Hellen, yang notabene mempunyai latar belakang hampir serupa dengan apa yang dialaminya, bahkan ia pernah atau dibesarkan di rumah sakit jiwa.
Sesampainya di kediaman keluarga Keller, Ny. Sullivan langsung mengadakan pendekatan dengan Hellen. Akan tetapi ia sempat dikunci di dalam kamar oleh Hellen karena merasa terganggu akan kehadirannya. Dengan adanya kejadian tersebut tidak berarti menyurutkan niat Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen.
Suatu saat, ketika keluarga Keller sedang makan bersama, seperti hari-hari sebelumnya kebiasaan Hellen selalu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga. Namun Ny. Sullivan tidak mau jika Hellen melakukan hal ini secara terus-menerus, akhirnya ia meminta agar seluruh anggota keluarga Keller untuk meninggalkannya bersama Hellen di ruang makan. Setelah beberapa waktu di dalam ruang makan Hellenpun akhirnya mampu makan menggunakan piring sendiri bahkan mampu juga menggunakan sendok serta garpu. Meskipun keadaan di ruang makan menjadi berantakan serta Hellen kelihatan sedikit tertekan.
Melihat kekadaan tersebut keluarga Keller merasa tidak senang dan hendak memecat Ny. Sullivan, akan tetapi Ny. Sullivan bersikeras untuk menggasuh dan mengajar Hellen serta memberikan pemahaman kepada keluarga Keller bahwa Hellen sangat membutuhkannya. Selain itu Ny. Sullivan juga mengetahui bahwa Hellen mempunyai kecerdasan yang tinggi meskipun di lain sisi Hellen mempunyai keterbatasan indera.
Setelah melalui perbincangan yang cukup alot akhirrnya keluarga Keller menyetujui niat Ny. Sullivan untuk mengasuh serta mengajar Hellen dengan caranya sendiri, dan ia meminta agar ia dan Hellen ditempatkan di rumah yang sebenarnya dijadikan gudang oleh keluarga Keller yang berada di samping rumah. Sebelum Hellen diajak masuk ke dalam rumah yang akan dijadikan sebagai tempat tinggalnya bersama Ny. Sullivan, ia diajak berkeliling menggunakan kereta selama berjam-jam agar Hellen merasa berada di tempat lain setelah melaksanakan perjalanan tersebut.
Dengan keterbatasan waktu yang diberikan keluarga Keller kepada Ny. Sullivan dalam mengasuh dan mengajar Hellen. Ny. Sullivan sangat bersunggguh-sungguh karena merasa memiliki kemiripan latar belakang. Meskipun pada awalnya Hellen sempat merasa takut dan terganggu akhirnya Ny. Sullivan berhasil mendekati dan bahkan akrab dengan Hellen. Ia mengajarkan Hellen tentang kata-kata benda yang ada di sekitarnya dengan menggunakan sandi tangan.
Dengan cepat Hellen mampu menggunakan sandi dengan tangan yang diajarkan oleh Ny. Sullivan, akan tetapi Hellen tidak memahami apa yang diajarkannya sampai tiba hari terakhir yang diberikan oleh keluarga Keller kepadanya. Kemudian Ny. Sullivan meminta tambahan waktu kepada keluarga Keller dalam mengasuh serta mengajari Hellen. Namun keluarga Keller enggan memberikan tambahan waktu tersebut.
Karena berakhirnya waktu yang diberikan kepada Ny. Sullivan, Hellenpun kembali dibawa pulang ke rumah oleh keluarga Keller. Hingga tiba waktu makan bersama keluarga Keller, sebab belum memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan kepadanya Hellen akhirnya makan kembali menggunakan kebiasaannya sebelum kedatangan Ny. Sullivan, yaitu memakan makanan dari piring-piring anggota keluarga yang makan. Oleh karena itu Ny. Sullivan kembali bersikeras untuk meminta waktu tambahan dalam mengajar Hellen agar apa yang telah diajarkannya kepada hellen tidak hilang begitu saja. Di lain pihak keluarga Keller tetap tidak mau memberikan waktu tambahan untuk Ny. Sullivan dalam mengajar dan mengasuh Hellen. Akhirnya Ny. Sullivan membawa Hellen keluar rumah dan menuju sumur pompa yang terletak di depan rumah keluarga Keller. Meskipun awalnya keluarga Keller tidak merelakan, namun akhirnya keluarga tersebut merelakannya. Selang beberapa waktu, dengan sumur pompa dan air tersebut akhirnya Hellen mampu memahami apa yang selama ini diajarkan oleh Ny. Sullivan kepadanya. Kata pertama yang dipahami hellen adalah “water”, dan diikuti dengan kata-kata yang lainnya karena Hellen meminta Ny. Sullivan untuk mengajarkannya kembali tentang apa yang belum ia pahami.
Kemudian Hellenpun tumbuh menjadi dewasa serta mampu menjadi seorang penngacara terkenal meskipun ia mempunyai banyak kerterbatasan, dan Ny. Sullivan tetap menjadi seorang guru.
B. TEORI-TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME
Secara pragmatis, teori pembelajaran dapat dipahami sebagai prinsip umum atau sebagai kumpulan prinsip-prinsip yang saling berhubungan dan merupakan atas sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dari sekian banyak teori pembelajaran yang ditemukan di antaranya adalah teori pembelajaran behaviorisme dan teori pembelajaran kognitivisme.
Dalam teori pembelajaran behaviorisme terdapat beberapa macam teori, di antaranya yang terkenal adalah sebagai berikut:
1. Koneksionisme
Teori koneksionisme (connectionism) adalah teori yang ditemukan serta dikembangkan oleh Edward L. Throndike (1874/1949) berdasarkan eksperimen yang ia lakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena balajar.
Seekor kucing yang lapar ditempatkan dalam sangkar yang berbentuk kotak berjeruji yang dilengkapi dengan peralatan. Seperti pengungkit, gerendel pintu, dan tali yang menghubungkan pengungkit dengan gerendel tersebut. Peralatan ini ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan kucing tersebut memperoleh makanan yang tersedia di depan sangkar tadi.
Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara stimulus dan respons. Oleh karena itulah sehingga teori koneksionisme disebut juga “S-R Bond theory” dan “S-R Psychology of Learning”. Selain itu teori ini terkenal juga dengan sebutan “Trial and Error Learning”. Istilah ini menunjuk pada panjangnya waktu atau banyaknya kekeliruan dalam mencapai suatu tujuan (Hilgard & Bower, 1975).
Aplikasi teori koneksionisme dalam pembelajaran biasanya guru memberikan hadiah kepada murid atau anak didiknya ketika anak didik mampu mengerjakan sesuatu dalam kegiatan belajar tersebut dan hadiah yang hendak diberikan guru sudah dibberitahukan terlebih dahulu kepada murid atau anak didiknya.
2. Pembiasaan Klasik
Teori pembiasaan klasik (classical conditioning) ini berkembang berdasarkan hasil ekksperimen yang dilakukan oleh Ivan Pavlov (1849/1936). Pada dasarnya classical conditioning adalah sebuah prosedur peciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut (Terrace, 1973). Selanjutnya, mungkin karena fungsinya, teori Pavlov ini juga disebut respondent unconditioned resspons (UCR). Dengan penjelasan CS adalah rangsangan yang mampu mendatangkan respons yang dipelajari, sedangkan respon yang dipelajari itu disebut CR. Adapun UCS berarti rangsangan yang menimbulkan respons yang tidak diipelajari, dan respons yang tidak dipelajari disebut UCR.
Anjing percobaan itu mula-mula diikat sedemikian rupa dan pada salah satu kelenjar air liurnya diberi alat penampung cairan yang dihubungkan dengan pipa kecil (tube). Perlu diketahui bahwa sebelum dilatih (dikenai eksperimen), secara alami anjing itu selalu mengeluarkan air liur setiap kali mulutnya berisi makanan. Ketika bel dibunyikan, seccara alami pula anjing itu menunjukkna reaksinya yang relevan, yakni tidak mengeluarkan air liur.
Kemudian dilakukan eksperimen berupa latihan pembiasaan mendengarkan bel (CS) bersama-sama dengan pemberian makanan berupa serbuk daging (UCS). Setelah latihan yang berulang-ulang ini selesai, suara bel (CS) tasi didengarkan lagi tanpa disertai makanan (UCS). Apakah yang terjadi? Ternyata anjing percobaan tadi mengeluarkan air liur juga (CR), meskipun hanya mendengarkan suara bel (CS). Jadi, CS menghasilkan CR apabila CS dan UCS telah berkali-kali dihadirkan secara bersama.
Sebagai contoh aplikasinya dalam pembelajaran ialah adanya seorang guru perempuan yang selalu menggunakan sepatu “cethok” (jika berjalan selalu berbunyi thok-thok), ia menyuruh anak-anak didiknya memberikan penghormatan kepadanya ketika ia datang. Setelah hal itu dilakukan berulang-ulang, akhirnya anak didiknnya selalu bersiap-siap untuk memberikan penghormatan kapadanya ketika para anak didik tersebut mendengar suara sepatu yang dikenakannya tersebut.
3. Pembiasaan Perilaku Respon
Teori pembiasaan perilaku respon merupakan teori belajar yang paling muda usianya dan masih sangat berpengaruh di kalangan para ahli psikologi belajar masa kini. Penciptanya adalah Burrhus Frederic Skinner (lahir tahun 1904).
Dalam salah satu eksperimennya Skinner menggunakan seekor tikus yang ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian dikenal dengan nama “Skinner Box”. Peti sangkar ini terdiri dari dua komponen pokok, yakni: manipulandum dan alat pemberi reinforcement yang antara lain berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement. Komponen ini terdiri atas tombol, batang jeruji, dan pengungkit (Reber, 1988).
Sedangkan aplikasinya dalam pembelajaran biasanya guru memberikan punishment (hukuman) kepada anak didiknya ketika anak didiknya tidak mencapai target tertentu. Misalnya nalai anak didik berada di bawah target yang telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi hukuman tersebut tidak diberitahukan dahulu kepada anak didiknya.
4. Albert Bandura
Teori ini di kembangkan oleh Albert Bandura. Dalam teori ini ditegaskan bahwa anak akan meniru perilaku orang dewasa dan lingkungan yang ada di sekitarnya.

C. ANALISI FILM THE MIRACLE WORKER BERDASARKAN TEORI PEMBELAJARAN BEHAVIORISME
Dalam kisah Hellen Keller dalam film The Miracle Worker ini terdapat beberapa bentuk pengaplikasian teori-teori pembelajaran (behaviorisme), antara lain ialah:
a) Ibu Hellen, Catie Keller selalu memberikan permen kepada Hellen ketika ia mengamuk, guna untuk menenangkannya. Meskipun pada akhirnya hal terseut tidak disetujui oleh Ny. Sullivan karena ibunya memberikan hadiah ketika Hellen melakukan kesalahan. (koneksionisme dan pembiasaan perilaku respon).
b) Ny. Sulivan membiasakan Hellen menggunakan sandi tangan untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya, bahkan mengajaknya berkeliling agar mengetahui dan memahami semuanya itu. Hingga akhirnya Hellen dapat memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan melalui pembiasaan-pembiasaan (pembiasaan/conditioning). Seperti mengajari Hellen mengeja kata “cake” sebelum memberinya kue dan lain sebagainya. Selain itu hal tersebut juga dilakukan secara berulang-ulang (teori pembiasaan perilaku respon).
c) Membiasakan Hellen makan menggunakan pring sendiri, sendok dan garpu sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut (pembiasaan/conditioning) serta dilakukan berulang-ulang hingga Hellen mampu melakukannya (teori pembiasaan perilaku respon).
d) Hellen meniru apa yang dilakukan Ny. Sullivan terhadapnya, yaitu Ny. Sullivan menamparya ketika pertama kali Hellen diajari makan menggukan piring , sendok serta garpu sendiri. (teori yang dikembangkan oleh Albert Bandura).

D. KESIMPULAN
1. Meskipun teori behaviorisme berhasil digunakan Ny. Sullivan dalam mengasuh dan mengajar Hellen, akan tetapi terdapat pula peran teori pembelajaran kognitivisme dalam prosesnya. Yaitu secara kognitif Hellen tidak akan mau mempelajari apa yang diajarkan Ny. Sullivan kepadanya jika ia tidak memutuskan untuk mau diajari Ny, Sullivan pada malam pertama Hellen dan Ny. Sullivan menempati rumah bekas gudang yang berada di samping rumah keluarga Keller
2. Hellen tidak akan memahami apa yang telah diajarkan oleh Ny. Sullivan kepadanya jika ia tidak menghendaki hal tersebut
3. Meskipun proses belajar itu dapat diamati secara langsung, akan tetapi proses belajar juga merupakan kegiatan mental yang tidak dapat diamati secara langsung. Seperti halnya kehendak atau kemauan, pengambilan keputusan dan lain sebagainya. 
 E. DAFTAR PUSTAKA

http://latheevsmartest.blogspot.com/2011/05/analisis-film-miracle-worker-melalui.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar