PROSES TERBENTUKNYA BUDAYA DAN TRADISI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam di Indonesia
Dosen Pengampu: Drs. Ma'arif Jamuin M. Sc.
Disusun
oleh:
Suranto ( G 000 100
065)
Juliyanto ( G 000 100 153)
Juliyanto ( G 000 100 153)
TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
A. Pengertian Tradisi dan Budaya
1. Pengertian budaya:
Beberapa arti kata budaya dapat ditemukan dalam
kamus-kamus, antara lain menyebutkan: 1) pikiran, budi; 2)
kebudayaan; 3) yang mengenai kebudayaan, yang sudah berkembang
(beradab, maju). Arti kata kebudayaan adalah 1) hasil kegiatan dan
penciptaan batin (akal, budi, dan sebagainya), manusia (seperti
kepercayaan, kesenian, adatistiadat, dan adat istiadat, dan
sebagainya); 2)kegiatan (usaha) batin (akal, dan sebagainya),untuk
menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.1Meskipun
tidak diketahui secara pasti, beberapa pendapat menyebutkan, yang
mengusulkan istilah kebudayaan adalah Mangkunegoro VII. Istilah ini
muncul di Indonesia kira-kira sekitar pada 1920 M, untuk mengartikan
kata-kata yang sudah ada dalam bahasa asing, antara lain cultuur
(belanda), culture (Inggris), dan Kultur (Jerman).
Dalam bahasa Latin disebut colere, berarti mengolah,
mengerjakan, mengusahakan, memelihara mengarap tanah untuk dapat
ditanami, atau bertani. Lambat-laun istilah ini dipakai untuk semua
usaha dan tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam
baik dalam pertanian, perkebunan, ataupun kehutanan. Untuk kultur
dalam arti pertanian, sejak dahulu sudah ada istilah dalama bahsa
jawa ialah kebudidaya. 2
kata 'kebudidaya' dan 'kebudayan' memiliki akar kata yang sama, yaitu
budh, yang berarti kesadaran dan juga apa yang menyebabkan
orang menjadi sadar. Sinonim dengan budhi ialah daya, yang
berarti sadar, bangun, insaf. Budhi adalah bentuk masdar dari
budhi. Pendapat lain menyatakan; Kata “kebudayaan” berasal
dari kata Sansekerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi
yang berarti budi atau akal sebagai alat batin untuk menimbang
baik buruk, benar tidak, dan sebagainya, tabiat, watak, akhlak,
perangai.3
dsengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang
bersangkutan dengan akal”. Ada yang menyatakan budaya sebagai
suatu perkembangan dari majemuk budidaya, yakni daya dari
budi”. Penulis berpendapat, kata budaya apabila diterjemahkan ke
dalam bahasa Sansekerta adalah bodhoday yang merupakan
gabungan dari dua kata yaitu bodh dan udaya. Bodh berarti
sadar, bangun, insaf, pengertian, penalaran, ilmu, dan sebagainya.
Udaya berarti lahir, muncul, tampak, terbit, dan sebagainya.4
2. Pengertian Tradisi:
Tradisi (Bahasa Latin: traditio,
"diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang
paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama
dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok Masyarakat, biasanya
dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang
paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan
dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan,
karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.
B. Faktor Pembentukan Budaya
Tinjauan Antropologis Terhadap Pembentukan Budaya
Tijauan antropologis yang dimaksud adalah tinjauan
dari aspek penciptaan budaya oleh manusia. Tinjauan ini dimaksudkan
untukmendapatkan keterangan sampai seberapa jauh aspek-aspek
manusiawi yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan, terutama pembinaan
moral bangsa. Suatu ketentuan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa
manusia merupakan makhluk budaya, dalam arti dengan seluruh potensi
yang dimiliki, ia mampu melahirkan cipta, rasa, dan karsa. Inilah
yang paling menarik perhatian para pemikir, baik dari kalangan umum
maupun dari kalangan Islam, sehingga banyak di antara mereka
menghabiskan waktunya untuk melakukan penelitian-penelitian dalam
bidang ini.Dengan behavioral science, mereka melakukan
analisis psikologis terhadap tingkah laku manusia guna memperoleh
kejelasan terhadap kerja cipta, rasa, dan karsa, melauli beberapa
aspek antara lain: cognitive dan emosi.5
Dari penelitian-penelitian tersebut didapat berbagai potensi yang
terdapat pada manusia sejak ia dilahirkan. Pada saat diciptakan,
manusia telah dilengkapi dengan empat fitrah (dorongan) yang menjadi
potensi bagi pengembangan budaya. 6
dari keempat dorongan itu manusia mampu menciptakan budaya sebagai
pengejawantahan dari cipta, rasa, dan karsa. Dorongan-dorongan itu
ialah:
1. Dorongan Naluri (hidayah fitriyah). Sejak
dilahirkan, manusia telah menampakkan gejala-gejala sebagai pertanda
bahwa dia adalah makhluk berbudaya, antara lain terlihat pada saat
lapar ataupun haus, ia mengeluarkan suara tangisan dan pada saat
disusui ibunya, ia mampu menghisap air susu ibu tersebut tanpa ada
yang mengajarinya.7
Gejala yang disebut juga dengan instinct Inilah yang mendasri
penciptaan budaya, meskipun dalam bentuk prima.8
Potensi naluri yang terdapat pada diri manusia secara natural ini,
dimiliki juga oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan.
2. Dorongan Indrawi (hidayah hissiyah). Di
samping naluri, manusi juga diberi kemampuan menerima rangsangan dari
luar seperti panas ataupun dingai, bunyi-bunyian, pemandangan yang
indah, bau-bauan, danmanis ataupun asin dengan perantaraan panca
inderanya yaitu: alat peraba, pendengar, pengelihat, pencium, dan
perasa.9
Berbagai budaya yang berupa bunyi-bunyian, bentuk-bentuk pemandangan,
peralatan, dan sebagainya adalah hasil tiruan manusia dari apa saja
yang dapat ditangkap oleh pancainderanya. Dengan potensi itu manusia
dapat menjaga kelangsungan hidupnya, melindungi dirinya dari bahaya
yang mangancam, memenuhi kebutuhan minum, makan, bertempat tinggal,
dan memenuhi kepuasan-kepuasan untuk dirinya. 10Di
samping pada manusia, potensi ini juga didapati pada dunia binatang,
tetapi tidak pada tumbuh-tumbuhan.
3. Dorongan Akal hidayah 'aqliyah).
Gejala-gejala lahir yang ditangkap oleh pancaindera kadang-kadang
menyimpang dari realitas yang sebenarnya, seperti halnya jalan karena
api yang sebenarnya sejajar, tetapi pada jarak tertentu terlihat
bertemu di satu titik, dan tongkat yang sebenarnya lurus, apabila
dicelupkan ke dalam air tampak membengkok.11
Penyimpangan seperti itu tentu harus dikontrol dengan kemampuan akal,
agar gejala-gejala yang sebenarnya dapat diketahui. Dengan potensi
berfikir daya khayalnya, manusia mampu melakukan apreseasi
(apperception), dan menyalurkan apresiasinya itu melalui
cipta, rasa, dan karsa. Dari kemampuan akal ini, manusia mampu
membuat alat untuk memudahkan keperluan-keperluannya, dari yang
sederhana sampai yang canggih, sehingga oleh orang Barat disebut
dengan the tool making animal (makhluk pembuat alat). Makin
tinggi daya kreasi manusia, makin canggih pula bentuk-bentuk budaya
materialnya.12
Ia tidak hanya mampu menciptakan alat dengan meniru benda-benda alam,
tetapi juga mampu menciptakan konsep-konsep baru yang didapat dengan
daya pikirannya. 13
Melalui indera pendengarannya, manusia mampu menangkap
getaran-getaran suara dari hembusan angin, gesekan batang pohon, dan
sumber suara lainnya yang terekam dalam apresepsi material. Melalui
daya ciptanya, manusia mampu melahirkan gambaran-gambaran bunyi yang
mengandung arti tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya atau
dengan makhluk yang lai, sehingga oleh para filosof disebut dengan
zoon politicon 14
atau dalam bahasa Arab disebut al-hayawan al-Atiq (makhluk
yang berbicara).
4. Dorongan Religi (hidayah diniyah). Karena
daya pemikiran manusia tidak dapat menjangkau apa yang terdapat di
balik alam maya pada, maka perlu disambung dengan bimbingan sang
Pencipta alam semesta yang diturunkan melalui para rasul-Nya15.
Dengan bimbingan ini manusia dapat mengetahui apa yang semestinya
dilakukan, sehingga budaya yang diciptakan dapat berguna baik bagi
dirinya, makhluk sesamanya, ataupun makhluk-akhluk yang lain. Menurut
sifatnya, manusia adalah makhluk berberagama, atau disebut dengan
istilah homo-relegiosi16.
Dengan berpedoman pada agama, manusia dapat memperhalus budinya,
sehingga ia bisa menjelaskan tugasnya sebagai Master of the World/
khalifahtullah di muka bumi ini. 17
Berdasarkan potensi yang ada pada manusia tersebut,
pembentukan budaya dapat dibagi menjadi empat fase: 1) Fase
Instinctive. Fase di mana dorongan pembentukan budaya itu
semata-mata timbul dari naluri, 2) Fase Inderawi. Fase
pembentukan budaya yang didorong oleh hasil penginderaan manusia pada
alam sekitar, 3) fase Akal. Fase di mana manusia membentuk
budayanya dengan jalan menggunakan kekuatan pikirannya serta
imajinasinya, sehingga mampu menciptakan budaya, 4) Fase Religi.
Bimbingan wahyu, intuisi atau bisikan yang dirasakan datangnya
dari Maha Pencipta, sehingga memberikan dorongan-dorongan bagi
manusia untuk melengkapi hasil budayanya dengan nilai-nilai
keagamaan.
C. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan
Kebudayaan Islam
1. Keadaan masyarakat Indonesia menjelang masuknya
agama Islam
Dilihat dari kondisi
social budayanya, masyarakat daerah pedalaman kehidupannya cenderung
statis karena belum banyak melakukan kontak dengan dunia luar.
Sedangkan masyarakat di daerah pesisir, kehidupannya cenderung
dinamis karena sering bergaul dan berhubungan dengan budaya luar.
Perkembangan Kerajaan
Majapahit dalam bidang ekonomi sangat pesat, sehingga mempermudah
masuknya pengaruh islam terutama yang berasal dari India dan
Cina.Situasi masyarakat Indonesia dalam suasana pengaruh budaya Hindu
dan Budha
Keadaan politik bangsa
Indonesia menjelang masuknya agama Islam terlihat sejak runtuhnya
Kerajaan Sriwijaya banyak dimanfaatkan oleh kerajaan-kerajaan bawahan
untuk melepaskan diri dari pusat. Keadaan ini dimanfaatkan oleh
pedagang Islam dengan mendukung kerajaan-kerajaan bawahan menjadi
kerajaan yang bercorak Islam
2. Proses masuknya agama Islam ke Indonesia
Agama Islam pertama kali
berkembang di Negara Arab. Kemudian menyebar kearah Timur hingga
sampai ke India Utara dan India Tengah. Selanjutnya berkembang sampai
ke pusat-pusat perdagangan seperti Gujarat, Cambay, dan Bangladesh.
Masuknya agama Islam ke
Indonesia juga tidak terlepas dari perkembangan Islam di Gujarat dan
Cambay, serta peranan pedangang Gujarat dalam menyebarkan ke
Indonesia. Selain pedagang yang berasal dari Gujarat, terdapat pla
pedagang-pedagang lain seperti pedagang dari Arab, Persia, dan Turki
juga berperan dalam meyebarkan agama Islam di Indonesia. Yang pertama
kali muncul sebagai pusat perdagangan dan perkembangan Islam adalah
Kerajaan Samudrai Pasai.
3. Sumber-sumber sejarah tentang masknya agama Islam
ke Indonesia
a. Sumber sejarah yang
berasal dari luar negri, meliputi
1) Berita Cina
Pada zaman dinasti Tang
menyatakan banyaknya orang-orang Ta'hsih yang menggunakan niatnya
menyerang Holling di bawah pemerintahan Ratu Sima
2) Berita Arab
Pada abad ke-7 Masehi
banyak pedagang Arab yang telah mengadakan hubungan dagang dengan
kerajaan Zabang
3) Berita Eropa
Marcopolo tahun 1292
Masehi singah di Sumatra bagian Utara dan disitu ada Kerajaan
Samudera dengan ibu kotanya Pasai, sehingga dikenal dengan nama
Kerajaan Samudera Pasai.
4) Berita India
Peranan pedagang Gujarat
dalam penyebaran agama Islam terutama di daerah pesisir pantai.
b. Sumber sejarah yang berasal dari dalam negeri:
1) Di leran Gresik, ditemukan makam Fatimah binti
Maimun tahun 1028 Masehi.
2) Di Sumatera, diketemukan makam Sultan Malik Al
Saleh tahun 1297 Masehi.
3) Di Gresik, diketemukan makam Maulana Malik
Ibrahim tahun 1419 Masehi.
4. Pembawa dan penerima agama Islam
Ada beberapa pendapat tentang Negara asal pembawa
agama Islam ke Indonesia, yaitu:
- Menurut Berita Cina, agama Islam disebarkan ke Indonesia langsung di bawa oleh pedaganyang berasal dari Arab.
- Menurut Snouck Hurgronye, agama Islam disebarkan ke Indonesia melalui pedagang muslim yang berasal dari Gujarat.
- Menurut S.Q. Fatimi, agama Islam dibawa oleh pedagang yang berasal dari Benggala. Sedangkan golongan penerima Islam mula-mula adalah golongan elit, yaitu yaitu golongan raja, bangsawan dan para pengusaha. Mereka itulah yang pertama kali melakukan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Islam. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak kerajaan bawahan yang masuk Islam dengan tujuan agar mendapat dukungan untuk melepaskan diri dari pusat, secara otomatis rakyat pun ikut memeluk agama Islam.
5. Proses Islamisasi di Indonesi
a. Perdagangan
b. Perkawinan
c. Tasawuf
d. Pendidikan
e. Kesenian
f. Dakwah
Proses Islamisasi dapat berjalan dengan cepat, hal
ini disebabkan karena:
- Syarat masuk agama Islam sangat mudah dan ringan yaitu cukup mengucapkan dua kalimat syahadat.
- Agama Islam disiarkan secara damai.
- Ajaran agama Islam sangat demokratis yaitu tidak mengenal system kasta.
- Aturan-aturan dalam agama Islam bersifat fleksibel.
- Runtuhnya kerajaan Majapahit.
- Disiarkan lewat budaya yang telah lama berkenbang di Indonesia.
D. Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha degan
Kebudayaanan Indonesia
- Pegertia Akulturasi kebudayaan
Akulturasi kebudayaa
adalah perpadua dua kebudayaan atau lebih yag serig berkaita. Sebelum
kedatanga bagsa asing, Idoesia telah memiliki beraneka ragam
kebudayaa, misalya gotog royog dalam medirikan rumah. Sedagkan dalam
hal kepercayaan masyarakat memiliki kepercayaan lama seperti
ainimisme dan diamisme.
Kebudayaan Hindu-Budha
dari India yang masuk di Idonesia sangat berpegaruh terhadap
perkembangan kebudayaan Idonesia. Kebudayaan Hindu-Budha tersebut
langsug diterima tetapi diseleksi dan disesuaikan denga kepribadian
bangsa Idonesia. Sehingga tersebut kebudayaan baru yang jauh lebih
sempurna. Dalam proses akulturasi tersebut cirri khas kebudayaa
Idoesia masih tetap mewarnai dan dipertahankan sehingga tidak
mematikan kebudayaan Indonesia.
Faktor-faktor yang mempermudah proses akulturasi
kebudayaan:
- Adanya dua kebudayaan atau lebih.
- Tingkat perkembangan kebudayaan yang akan berakulturasi.
- Corak kebudayaan tidak terlalu berbeda, artinya berakar pada suatu kebudayaan. Menurut SUNITTI KUMA, di Asia Tenggara terdapat landasan kebudayaan yang sama yang diamakan kebudayaan Subbarat Asia Tenggara.
- Perwujudan Bentuk Akulturasi Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia
- Di bidang seni bangunan
Di bidang ini misalnya
bangunan candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara punden
berudak dengan seni patung dan Stupa India, Ditinjau dari fungsi
bagunan candi antara india dan Indonesia sangat berbeda. Candi di
India diguakan sebagai pemujaan terhadap para dewa, sedangkan candi
di Indonesia berfungsi sebagai penghormatan roh leluhur.
- Seni rupa
Hal ini dapat di relief
candi-candi yang ada di Indonesia, tampak jelas bahwa para pelaku
yang digambarkan tidak melukiskan orang India, melaikan orang
Indonesia. Begitu pula patug yang meghiasi candi juga mengambarkan
orang Idonesia.
- Aksara
Prasasti-prasasti tertua
kerajaan Hindu di Indonesia ditulis dengan menggunakan bahasa
Sansekerta dan huruf Palawa, tetapi prasasti yang lebih muda ditulis
dengan huruf PRANAGARI dari bahasa Kawi di samping ada yang ditulis
denga bahasa melayu.
- Sistem pemeritaha
Di Indonesia raja
diagkat turu meuru, tetapi sifatya tidak mutlak seperti di India.
Raja-raja di Indonesia menyerahkan sebagian kekuasaan di
daerah-daerah pada pembantu dekatnya.
- Sistem kepercayaan
Terjadiya Singkretisme
Hindu, Budha dengan kepercayaan asli Indonesia.
- Sistem kalender
Sistem peanggalan ini
berdasarkan pada peredaran matahari da bulan. Contoh prasati Canggal
beragka tahun 654 S dijadikan Masehi 732 M. Prasasti Mantyasih
beragka tahu 907-828 S.
- Filsafat
Cerita Ramayana dan
Mahabarata mengilhami pandangan hidup masyarakat Jawa. Bahwa watak
angkara murka akan megalami kehancuran.
- Sistem kemasyarakatan
Sistem kasta di Inida
dilaksanakan sama ketat tetapi di Indonesia tidak, seolah-olah tidak
berlaku.
E. Akulturasi Kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan
Islam
- Arti akuluturasi
Akulturasi kebudayaan
adalah perpaduan antara dua kebudayaan atau yang saling mempegaruhi.
Sebelum agama Islam berkembang di Indonesia, masyarakat sudah
mempuyai kepercayaan yang sangat kuat yaitu aimisme, diamisme,
hiduisme, da budhaisme. Karena kuatnya kepercayaan itu melekat pada
masyarakat Indonesia, sehigga Islam tidak mampu untuk meghapusnya.
Untuk itulah Islam bersikap luwes yaitu mau meyesuaika dengan
kepercayaan yag telah dimiliki oleh masyarakat setempat. Penyesuaian
tersebut meliputi beberapa aspek kecuali tentang keimanan da
peribadatan.
- Perwujuda akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia
- Seni baguan
Perwujudan akulturasi
kebudayaan Indoesia dengan kebudayaan Islam dalam seni baguan dapat
dilihat dari bentuk banguan antara lain:
- Masjid
Masjid merupakan wujud seni
bangunan yang paling jelas di bidang arsitektur. Pada masjid kuno
peniggalan sejarah Islam di Indonesia mempunyai cirri-ciri khusus,
antara lain:
- Atapnya tumpang atau susun
- Denahnya berbentuk bujur sangkar
- Terdapat serambi dengan serambi samping
- Terdapat kolam dan tempat untuk wudhu
- Pintu gerbang masjid seperti gapura keratin atau candi Bentar yang merupakan gapura khas agama Hindu
Beberapa contoh masjid kuno
yang ada di Indonesia yaitu:
- Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon dibangun abad ke-16
- Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-16, merupakan peninggalan kerajaan Demak yang dibangun pada masa pemerintahan Raden Patah. Masjid tersebut memiliki keistimewaan yaitu didirikan oleh para wali dan salah satu tiagnya terbuat dari tatal.
- Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dibangun pada abad ke-17
- Masjid Angke, Tambora, dan Maruda di Jakarta dibangu pada abad ke-18
Dari peninggalan masjid
tersebut membuktikan bahwa agama Islam disebarluaskan secara damai
dengan memadukan kebuadayaan Islam dengan kebudayaan setempat.
- Makam
Kompleks pemakaman
merupakan gugusan nisan yang dikelompokkan menurut hubungan
kekeluargaannya. Antara kelompok keluarga dipisahkan oleh kelompok
yang dihubungkan dengan gapura. Karena makam sebagai tempat kediaman
yang terakhir da abadi, maka diusahakan untuk mejadi perumahan yang
sesuai dengan orang yang dikubur. Terutama makam raja, betukya dibuat
seperti sebuah istaa, terletak di atas perbukitan dan dibuat secara
berundak-undak.
Contoh:
- Makam sendang dhuwur di Tuban
- Makam Putri Suwari di Leran Gresik
- Keraton
Keraton merupakan tempat
raja dalam melakukan kegiatan kerajaan. Keraton peninggalan sejarah
Islam di Indonesia mempunyai corak kombinasi yaitu corak seni Hindu,
Islam dan seni setempat. Adapun cirri-ciri bangunan keratin di
Indonesia, antara lain:
- Atap keratin bertingkat
- Pada pintu masuk keratin biasanya terdapat alun-alun dan didekatnya terdapat masjid agung.
Peinnggalan sejarah Islam
di Indonesia yang berupa keratin, antara lain:
- Keraton Kesepuhan Cirebon merupaka peninggalan sejarah kerajaan Cirebon yang pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
- Keraton Kaibon di Banten yang didirikan oleh Fatahillah.
- Keraton Surakarta dan Yogyakarta yang berdiri akibat adanya perjajia Gianti tahu 1755.
- Seni sastra dan aksara
Seni
sastra dan aksara Indonesia sebelum datangya Islam, dipengaruhi oleh
seni sastra dan aksara dari India. Aksara Jawa Kuno mendapat pengaruh
huruf Pallawa dari India da hasil seni sastra Indonesia banyak
dipengaruhi dari seni sastra India yang bersumber dari kitab
Mahabarata dan Ramayana. Setelah masuknya Islam maka huruf da bahasa
Arab Mulai berkembang. Banyak hasil sastra yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab. Ada beberapa kesusasteraan yang berkembang di
Indonesia sebagai wujud akulturasi atara sastra Islam dengan tradisi
Indonesia, berupa:
- Hikayat adalah karya sastra Islam yag berisi cerita baik fiktif maupu sejarah.
Misalnya Hikayat Hag Tuah,
Hikayat Bayab Budiman, Hikayat Bahtiar.
- Babad yaitu cerita sejarah yang biasanya lebih bersifat cerita daripada nilai sejarahnya.
Contohnya: Babad Tanah
Jawi, Babad Cirebon, Babad Giyanti.
- Syair
Misalnya: syair perahu,
syair Abdul Malik, syair nDagang, syair burung Pimgal.
4) Suluk
Misalnya: Suluk Wujil,
Suluk Sukarso, Suluk Malang Sumirang.
5) Kitab
Misalnya: Kitab Adat
Makuta Alam, Undang-Undang Mataram.
- Seni rupa
Bidang
ini kurang berkembang karena adanya larangan dalam Islam untuk
melukis binatang maupun manusia. Yang muncul adalah seni patung yang
bentuknya disamarkan dengan seni kaligrafi. Seni kaligrafi merupakan
seni tulisan Arab indah yang merupakan rangkaian ayat-ayat suci Al
Qur'an. Seni kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia banyak
terdapat pada nisan, makam, hiasan batik, keramik, keris, keraton,
masjid, dan lain-lain.
- Sistem pemerintahan
Masuknya
agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berpengaruh juga dalam sistem
pemerintahan, seperti:
- Jabatan raja dinamakan Sultan
- Sultan memerintah tidak turun-temurun tetapi lebih bersifat demokratis
- Para wali atau ulama dalam pemerintahan sebagai penasehat raja
- Ialam sebagai dasar hukum dan pemerintahan
- Raja-raja Indonesia menggunakan nama-nama Islam
e.
Sistem kalender
Masuknya
agama Islam ke indonesia berpengaruh pada sistem kalender. Sebelum
kedatangan Islam , kalender Indonesia dipengaruhi budaya India yaitu
menggunakan perhitungan Saka. Tetapi setelah masuknya Islam mulai
mengenal tahun Hijriyah.
f.
Seni musik dan tari
Skulturasi
seni musik nampak pada:
1)
Irama khasidah
2)
Gamelan pada upacara grebek sekaten
Sedangkan
bidang seni tari, misalnya:
1)
Tari Seudati, diiringi salawat nabi
2)
Permainan debus, diawali pembacaan Al Qur'an
3)
Mesiran, tarian dengan salawat nabi
4)
Saman, tarian dengan salawat
g.
Filsafat
Setelah
kedatangan Islam ke Indonesia, filsafat hidup bangsa Indonesia juga
dipengaruhi ajaran Islam. Hidup pada dasarnya adalah ibadah.
Dasar-dasar ilmu filsafat meliputi:
1)
Ilmu fiqih
Fikih
(Bahasa Arab: ﻓﻘﻪ;
transliterasi: Fiqih) adalah salah satu bidang ilmu dalam
syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang
mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi,
bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.18
Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih
sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya
sebagai hamba Allah.
Fikih membahas
tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun
Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang
terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab
dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari
tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut
Fakih.
2)
Ilmu kalam
Ilmu
kalām (Bhasa Arab: علم
الكلام) adalah falsafah mencari
prinsip-prinsip teologi
Islam melalui dialektik. Dalam Bahasa Arab
perkataan ini secara harfiah bermakna "pertuturan". Seorang
cendekiawan kalam dirujuk sebagai seorang mutakallim (ahli
teologi Islam; majmuk mutakallimiin). Terdapat banyak tafsiran
mengapa disiplin ini digelar "kalam"; salah satu
daripadanya adalah kontroversi terbesar dalam bidang ini berkaitan
dengan pertuturan Allah.
3)
Ilmu tasawuf
Tasawuf
(Tasawwuf) atau Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui
bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir
dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada
awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam,
dan dalam perkembangannya melahirkan Tradisi mistisme Islam. Tarekat
(pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni,
cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi.
Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang
tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, M. Abdul. 2007. Islam Nusantara.
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
1Tim
Penyusun Kamus, Kamus, hlm. 130-131 dan Poerwadarminta,
Kamus, hlm. 157-158.
2Koentjaraningrat,
Pengantar Ilmu Antropologi (jakarta: Aksara Baru, 1979), hlm.
195 dan Nourouzzaman Shidiqi, Pengantar Sejarah Muslaim
(yogyakarta: Mentari Masa, 1989), hlm. 5-6.
3Poerwadarmita,
Kamus, hlm. 158.
4Kata-kata
tersebut ada dalam bahasa Bangla (Bengali), peranakan bahasa
Sansekerta, yang sehari-har- digunakan di India Timur, termasuk di
Babgladesh. Bahasa Sansekerta sendiri lahir dan berkembang di
wilayah Bangla (sekarang 35 % India Timur, 65 % Bangladesh).
5Soerjono
Soekatno, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja
Grafindo, 1994), hlm, 188-189.
6Sayed
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Hakim; Tafsir
al-Manar, jilid I (Beirut: Dar al-Ma'arifah, t. th.), hlm. 62-64
dan II, hlm. 289-293.
7Koentjaraningrat,
pengantar, hlm. 123-125, Sayed Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir
al-Qur'an al-Hakim/Tafsir al-Manar, Jilid XI (Mesir: Maktabah Quran,
cet. Iv, t.th.), hlm. 244-245, Umar Muhammad, Falsafah Pendidikan
Islam, terj. Hasan Langgulang (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.
142-148, dan Harun Hadiwijono, Sari sejarah Filsafat Barat 2
(Yogyakarta: Yayasan Kanisius, cet. Ii, 1983), hlm. 38, 110 &
111.
8Ridha,
Tafsir, Jilid I, hlm. 62-63.
9Ibid.,
hlm. 63.
10Koentjaraningrat,
pengantar, hlm. 123-125.
11Ibid.,
dan lihat Imam al-Gazali, Ihya' 'Ulum al-Din, Jilid I, terj.
Ismail Jakub (Jakarta: CV Faizan, 1994), hlm. 306.
12Koetjaraningrat,
Pengantar, hlm. 117-118 & 123-125.
13Al-Ghazali,
Ihya', Jilid I, hlm. 306-327.
14Encyclopaedia
Britannica Inc., Webster's Third, hlm. 865.
15Ridha,
tafsir, jilid I, hlm. 63.
16Joachim
Wach, The Comparative Study of Religions (New York: Columbia
University Press, 1958), hlm. 31-32.
17QS.
2 (al-Baqarah): 29-31.
18http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/6/1/pustaka-116.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar