Minggu, 09 Desember 2012

PROSES TERBENTUKNYA BUDAYA DAN TRADISI

PROSES TERBENTUKNYA BUDAYA DAN TRADISI
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam di Indonesia
Dosen Pengampu: Drs. Ma'arif Jamuin M. Sc.



Disusun oleh:
Suranto ( G 000 100 065)
Juliyanto ( G 000 100 153)


TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

A. Pengertian Tradisi dan Budaya
1. Pengertian budaya:
Beberapa arti kata budaya dapat ditemukan dalam kamus-kamus, antara lain menyebutkan: 1) pikiran, budi; 2) kebudayaan; 3) yang mengenai kebudayaan, yang sudah berkembang (beradab, maju). Arti kata kebudayaan adalah 1) hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal, budi, dan sebagainya), manusia (seperti kepercayaan, kesenian, adatistiadat, dan adat istiadat, dan sebagainya); 2)kegiatan (usaha) batin (akal, dan sebagainya),untuk menciptakan sesuatu yang termasuk hasil kebudayaan.1Meskipun tidak diketahui secara pasti, beberapa pendapat menyebutkan, yang mengusulkan istilah kebudayaan adalah Mangkunegoro VII. Istilah ini muncul di Indonesia kira-kira sekitar pada 1920 M, untuk mengartikan kata-kata yang sudah ada dalam bahasa asing, antara lain cultuur (belanda), culture (Inggris), dan Kultur (Jerman). Dalam bahasa Latin disebut colere, berarti mengolah, mengerjakan, mengusahakan, memelihara mengarap tanah untuk dapat ditanami, atau bertani. Lambat-laun istilah ini dipakai untuk semua usaha dan tindakan manusia untuk mengolah tanah dan mengubah alam baik dalam pertanian, perkebunan, ataupun kehutanan. Untuk kultur dalam arti pertanian, sejak dahulu sudah ada istilah dalama bahsa jawa ialah kebudidaya. 2 kata 'kebudidaya' dan 'kebudayan' memiliki akar kata yang sama, yaitu budh, yang berarti kesadaran dan juga apa yang menyebabkan orang menjadi sadar. Sinonim dengan budhi ialah daya, yang berarti sadar, bangun, insaf. Budhi adalah bentuk masdar dari budhi. Pendapat lain menyatakan; Kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal sebagai alat batin untuk menimbang baik buruk, benar tidak, dan sebagainya, tabiat, watak, akhlak, perangai.3 dsengan demikian kebudayaan dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada yang menyatakan budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budidaya, yakni daya dari budi”. Penulis berpendapat, kata budaya apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Sansekerta adalah bodhoday yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu bodh dan udaya. Bodh berarti sadar, bangun, insaf, pengertian, penalaran, ilmu, dan sebagainya. Udaya berarti lahir, muncul, tampak, terbit, dan sebagainya.4
2. Pengertian Tradisi:
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok Masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah.

B. Faktor Pembentukan Budaya
Tinjauan Antropologis Terhadap Pembentukan Budaya
Tijauan antropologis yang dimaksud adalah tinjauan dari aspek penciptaan budaya oleh manusia. Tinjauan ini dimaksudkan untukmendapatkan keterangan sampai seberapa jauh aspek-aspek manusiawi yang mempengaruhi lahirnya kebudayaan, terutama pembinaan moral bangsa. Suatu ketentuan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa manusia merupakan makhluk budaya, dalam arti dengan seluruh potensi yang dimiliki, ia mampu melahirkan cipta, rasa, dan karsa. Inilah yang paling menarik perhatian para pemikir, baik dari kalangan umum maupun dari kalangan Islam, sehingga banyak di antara mereka menghabiskan waktunya untuk melakukan penelitian-penelitian dalam bidang ini.Dengan behavioral science, mereka melakukan analisis psikologis terhadap tingkah laku manusia guna memperoleh kejelasan terhadap kerja cipta, rasa, dan karsa, melauli beberapa aspek antara lain: cognitive dan emosi.5 Dari penelitian-penelitian tersebut didapat berbagai potensi yang terdapat pada manusia sejak ia dilahirkan. Pada saat diciptakan, manusia telah dilengkapi dengan empat fitrah (dorongan) yang menjadi potensi bagi pengembangan budaya. 6 dari keempat dorongan itu manusia mampu menciptakan budaya sebagai pengejawantahan dari cipta, rasa, dan karsa. Dorongan-dorongan itu ialah:
1. Dorongan Naluri (hidayah fitriyah). Sejak dilahirkan, manusia telah menampakkan gejala-gejala sebagai pertanda bahwa dia adalah makhluk berbudaya, antara lain terlihat pada saat lapar ataupun haus, ia mengeluarkan suara tangisan dan pada saat disusui ibunya, ia mampu menghisap air susu ibu tersebut tanpa ada yang mengajarinya.7 Gejala yang disebut juga dengan instinct Inilah yang mendasri penciptaan budaya, meskipun dalam bentuk prima.8 Potensi naluri yang terdapat pada diri manusia secara natural ini, dimiliki juga oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan.
2. Dorongan Indrawi (hidayah hissiyah). Di samping naluri, manusi juga diberi kemampuan menerima rangsangan dari luar seperti panas ataupun dingai, bunyi-bunyian, pemandangan yang indah, bau-bauan, danmanis ataupun asin dengan perantaraan panca inderanya yaitu: alat peraba, pendengar, pengelihat, pencium, dan perasa.9 Berbagai budaya yang berupa bunyi-bunyian, bentuk-bentuk pemandangan, peralatan, dan sebagainya adalah hasil tiruan manusia dari apa saja yang dapat ditangkap oleh pancainderanya. Dengan potensi itu manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya, melindungi dirinya dari bahaya yang mangancam, memenuhi kebutuhan minum, makan, bertempat tinggal, dan memenuhi kepuasan-kepuasan untuk dirinya. 10Di samping pada manusia, potensi ini juga didapati pada dunia binatang, tetapi tidak pada tumbuh-tumbuhan.
3. Dorongan Akal hidayah 'aqliyah). Gejala-gejala lahir yang ditangkap oleh pancaindera kadang-kadang menyimpang dari realitas yang sebenarnya, seperti halnya jalan karena api yang sebenarnya sejajar, tetapi pada jarak tertentu terlihat bertemu di satu titik, dan tongkat yang sebenarnya lurus, apabila dicelupkan ke dalam air tampak membengkok.11 Penyimpangan seperti itu tentu harus dikontrol dengan kemampuan akal, agar gejala-gejala yang sebenarnya dapat diketahui. Dengan potensi berfikir daya khayalnya, manusia mampu melakukan apreseasi (apperception), dan menyalurkan apresiasinya itu melalui cipta, rasa, dan karsa. Dari kemampuan akal ini, manusia mampu membuat alat untuk memudahkan keperluan-keperluannya, dari yang sederhana sampai yang canggih, sehingga oleh orang Barat disebut dengan the tool making animal (makhluk pembuat alat). Makin tinggi daya kreasi manusia, makin canggih pula bentuk-bentuk budaya materialnya.12 Ia tidak hanya mampu menciptakan alat dengan meniru benda-benda alam, tetapi juga mampu menciptakan konsep-konsep baru yang didapat dengan daya pikirannya. 13 Melalui indera pendengarannya, manusia mampu menangkap getaran-getaran suara dari hembusan angin, gesekan batang pohon, dan sumber suara lainnya yang terekam dalam apresepsi material. Melalui daya ciptanya, manusia mampu melahirkan gambaran-gambaran bunyi yang mengandung arti tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya atau dengan makhluk yang lai, sehingga oleh para filosof disebut dengan zoon politicon 14 atau dalam bahasa Arab disebut al-hayawan al-Atiq (makhluk yang berbicara).
4. Dorongan Religi (hidayah diniyah). Karena daya pemikiran manusia tidak dapat menjangkau apa yang terdapat di balik alam maya pada, maka perlu disambung dengan bimbingan sang Pencipta alam semesta yang diturunkan melalui para rasul-Nya15. Dengan bimbingan ini manusia dapat mengetahui apa yang semestinya dilakukan, sehingga budaya yang diciptakan dapat berguna baik bagi dirinya, makhluk sesamanya, ataupun makhluk-akhluk yang lain. Menurut sifatnya, manusia adalah makhluk berberagama, atau disebut dengan istilah homo-relegiosi16. Dengan berpedoman pada agama, manusia dapat memperhalus budinya, sehingga ia bisa menjelaskan tugasnya sebagai Master of the World/ khalifahtullah di muka bumi ini. 17
Berdasarkan potensi yang ada pada manusia tersebut, pembentukan budaya dapat dibagi menjadi empat fase: 1) Fase Instinctive. Fase di mana dorongan pembentukan budaya itu semata-mata timbul dari naluri, 2) Fase Inderawi. Fase pembentukan budaya yang didorong oleh hasil penginderaan manusia pada alam sekitar, 3) fase Akal. Fase di mana manusia membentuk budayanya dengan jalan menggunakan kekuatan pikirannya serta imajinasinya, sehingga mampu menciptakan budaya, 4) Fase Religi. Bimbingan wahyu, intuisi atau bisikan yang dirasakan datangnya dari Maha Pencipta, sehingga memberikan dorongan-dorongan bagi manusia untuk melengkapi hasil budayanya dengan nilai-nilai keagamaan.

C. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam
1. Keadaan masyarakat Indonesia menjelang masuknya agama Islam
Dilihat dari kondisi social budayanya, masyarakat daerah pedalaman kehidupannya cenderung statis karena belum banyak melakukan kontak dengan dunia luar. Sedangkan masyarakat di daerah pesisir, kehidupannya cenderung dinamis karena sering bergaul dan berhubungan dengan budaya luar.
Perkembangan Kerajaan Majapahit dalam bidang ekonomi sangat pesat, sehingga mempermudah masuknya pengaruh islam terutama yang berasal dari India dan Cina.Situasi masyarakat Indonesia dalam suasana pengaruh budaya Hindu dan Budha
Keadaan politik bangsa Indonesia menjelang masuknya agama Islam terlihat sejak runtuhnya Kerajaan Sriwijaya banyak dimanfaatkan oleh kerajaan-kerajaan bawahan untuk melepaskan diri dari pusat. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pedagang Islam dengan mendukung kerajaan-kerajaan bawahan menjadi kerajaan yang bercorak Islam
2. Proses masuknya agama Islam ke Indonesia
Agama Islam pertama kali berkembang di Negara Arab. Kemudian menyebar kearah Timur hingga sampai ke India Utara dan India Tengah. Selanjutnya berkembang sampai ke pusat-pusat perdagangan seperti Gujarat, Cambay, dan Bangladesh.
Masuknya agama Islam ke Indonesia juga tidak terlepas dari perkembangan Islam di Gujarat dan Cambay, serta peranan pedangang Gujarat dalam menyebarkan ke Indonesia. Selain pedagang yang berasal dari Gujarat, terdapat pla pedagang-pedagang lain seperti pedagang dari Arab, Persia, dan Turki juga berperan dalam meyebarkan agama Islam di Indonesia. Yang pertama kali muncul sebagai pusat perdagangan dan perkembangan Islam adalah Kerajaan Samudrai Pasai.
3. Sumber-sumber sejarah tentang masknya agama Islam ke Indonesia
a. Sumber sejarah yang berasal dari luar negri, meliputi
1) Berita Cina
Pada zaman dinasti Tang menyatakan banyaknya orang-orang Ta'hsih yang menggunakan niatnya menyerang Holling di bawah pemerintahan Ratu Sima
2) Berita Arab
Pada abad ke-7 Masehi banyak pedagang Arab yang telah mengadakan hubungan dagang dengan kerajaan Zabang
3) Berita Eropa
Marcopolo tahun 1292 Masehi singah di Sumatra bagian Utara dan disitu ada Kerajaan Samudera dengan ibu kotanya Pasai, sehingga dikenal dengan nama Kerajaan Samudera Pasai.
4) Berita India
Peranan pedagang Gujarat dalam penyebaran agama Islam terutama di daerah pesisir pantai.
b. Sumber sejarah yang berasal dari dalam negeri:
1) Di leran Gresik, ditemukan makam Fatimah binti Maimun tahun 1028 Masehi.
2) Di Sumatera, diketemukan makam Sultan Malik Al Saleh tahun 1297 Masehi.
3) Di Gresik, diketemukan makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 Masehi.
4. Pembawa dan penerima agama Islam
Ada beberapa pendapat tentang Negara asal pembawa agama Islam ke Indonesia, yaitu:
  1. Menurut Berita Cina, agama Islam disebarkan ke Indonesia langsung di bawa oleh pedaganyang berasal dari Arab.
  2. Menurut Snouck Hurgronye, agama Islam disebarkan ke Indonesia melalui pedagang muslim yang berasal dari Gujarat.
  3. Menurut S.Q. Fatimi, agama Islam dibawa oleh pedagang yang berasal dari Benggala. Sedangkan golongan penerima Islam mula-mula adalah golongan elit, yaitu yaitu golongan raja, bangsawan dan para pengusaha. Mereka itulah yang pertama kali melakukan hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Islam. Ketika Kerajaan Majapahit runtuh, banyak kerajaan bawahan yang masuk Islam dengan tujuan agar mendapat dukungan untuk melepaskan diri dari pusat, secara otomatis rakyat pun ikut memeluk agama Islam.
5. Proses Islamisasi di Indonesi
a. Perdagangan
b. Perkawinan
c. Tasawuf
d. Pendidikan
e. Kesenian
f. Dakwah
Proses Islamisasi dapat berjalan dengan cepat, hal ini disebabkan karena:
  1. Syarat masuk agama Islam sangat mudah dan ringan yaitu cukup mengucapkan dua kalimat syahadat.
  2. Agama Islam disiarkan secara damai.
  3. Ajaran agama Islam sangat demokratis yaitu tidak mengenal system kasta.
  4. Aturan-aturan dalam agama Islam bersifat fleksibel.
  5. Runtuhnya kerajaan Majapahit.
  6. Disiarkan lewat budaya yang telah lama berkenbang di Indonesia.

D. Akulturasi Kebudayaan Hindu-Budha degan Kebudayaanan Indonesia
  1. Pegertia Akulturasi kebudayaan
Akulturasi kebudayaa adalah perpadua dua kebudayaan atau lebih yag serig berkaita. Sebelum kedatanga bagsa asing, Idoesia telah memiliki beraneka ragam kebudayaa, misalya gotog royog dalam medirikan rumah. Sedagkan dalam hal kepercayaan masyarakat memiliki kepercayaan lama seperti ainimisme dan diamisme.
Kebudayaan Hindu-Budha dari India yang masuk di Idonesia sangat berpegaruh terhadap perkembangan kebudayaan Idonesia. Kebudayaan Hindu-Budha tersebut langsug diterima tetapi diseleksi dan disesuaikan denga kepribadian bangsa Idonesia. Sehingga tersebut kebudayaan baru yang jauh lebih sempurna. Dalam proses akulturasi tersebut cirri khas kebudayaa Idoesia masih tetap mewarnai dan dipertahankan sehingga tidak mematikan kebudayaan Indonesia.
Faktor-faktor yang mempermudah proses akulturasi kebudayaan:
  1. Adanya dua kebudayaan atau lebih.
  2. Tingkat perkembangan kebudayaan yang akan berakulturasi.
  3. Corak kebudayaan tidak terlalu berbeda, artinya berakar pada suatu kebudayaan. Menurut SUNITTI KUMA, di Asia Tenggara terdapat landasan kebudayaan yang sama yang diamakan kebudayaan Subbarat Asia Tenggara.
  1. Perwujudan Bentuk Akulturasi Hindu-Budha dengan Kebudayaan Indonesia
  1. Di bidang seni bangunan
Di bidang ini misalnya bangunan candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara punden berudak dengan seni patung dan Stupa India, Ditinjau dari fungsi bagunan candi antara india dan Indonesia sangat berbeda. Candi di India diguakan sebagai pemujaan terhadap para dewa, sedangkan candi di Indonesia berfungsi sebagai penghormatan roh leluhur.
  1. Seni rupa
Hal ini dapat di relief candi-candi yang ada di Indonesia, tampak jelas bahwa para pelaku yang digambarkan tidak melukiskan orang India, melaikan orang Indonesia. Begitu pula patug yang meghiasi candi juga mengambarkan orang Idonesia.
  1. Aksara
Prasasti-prasasti tertua kerajaan Hindu di Indonesia ditulis dengan menggunakan bahasa Sansekerta dan huruf Palawa, tetapi prasasti yang lebih muda ditulis dengan huruf PRANAGARI dari bahasa Kawi di samping ada yang ditulis denga bahasa melayu.
  1. Sistem pemeritaha
Di Indonesia raja diagkat turu meuru, tetapi sifatya tidak mutlak seperti di India. Raja-raja di Indonesia menyerahkan sebagian kekuasaan di daerah-daerah pada pembantu dekatnya.
  1. Sistem kepercayaan
Terjadiya Singkretisme Hindu, Budha dengan kepercayaan asli Indonesia.
  1. Sistem kalender
Sistem peanggalan ini berdasarkan pada peredaran matahari da bulan. Contoh prasati Canggal beragka tahun 654 S dijadikan Masehi 732 M. Prasasti Mantyasih beragka tahu 907-828 S.
  1. Filsafat
Cerita Ramayana dan Mahabarata mengilhami pandangan hidup masyarakat Jawa. Bahwa watak angkara murka akan megalami kehancuran.
  1. Sistem kemasyarakatan
Sistem kasta di Inida dilaksanakan sama ketat tetapi di Indonesia tidak, seolah-olah tidak berlaku.

E. Akulturasi Kebudayaan Indonesia dengan Kebudayaan Islam
  1. Arti akuluturasi
Akulturasi kebudayaan adalah perpaduan antara dua kebudayaan atau yang saling mempegaruhi. Sebelum agama Islam berkembang di Indonesia, masyarakat sudah mempuyai kepercayaan yang sangat kuat yaitu aimisme, diamisme, hiduisme, da budhaisme. Karena kuatnya kepercayaan itu melekat pada masyarakat Indonesia, sehigga Islam tidak mampu untuk meghapusnya. Untuk itulah Islam bersikap luwes yaitu mau meyesuaika dengan kepercayaan yag telah dimiliki oleh masyarakat setempat. Penyesuaian tersebut meliputi beberapa aspek kecuali tentang keimanan da peribadatan.
  1. Perwujuda akulturasi kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia
  1. Seni baguan
Perwujudan akulturasi kebudayaan Indoesia dengan kebudayaan Islam dalam seni baguan dapat dilihat dari bentuk banguan antara lain:
  1. Masjid
Masjid merupakan wujud seni bangunan yang paling jelas di bidang arsitektur. Pada masjid kuno peniggalan sejarah Islam di Indonesia mempunyai cirri-ciri khusus, antara lain:
  1. Atapnya tumpang atau susun
  2. Denahnya berbentuk bujur sangkar
  3. Terdapat serambi dengan serambi samping
  4. Terdapat kolam dan tempat untuk wudhu
  5. Pintu gerbang masjid seperti gapura keratin atau candi Bentar yang merupakan gapura khas agama Hindu
Beberapa contoh masjid kuno yang ada di Indonesia yaitu:
  1. Masjid Agung Kasepuhan di Cirebon dibangun abad ke-16
  2. Masjid Agung Demak dibangun pada abad ke-16, merupakan peninggalan kerajaan Demak yang dibangun pada masa pemerintahan Raden Patah. Masjid tersebut memiliki keistimewaan yaitu didirikan oleh para wali dan salah satu tiagnya terbuat dari tatal.
  3. Masjid Katangka di Sulawesi Selatan dibangun pada abad ke-17
  4. Masjid Angke, Tambora, dan Maruda di Jakarta dibangu pada abad ke-18
Dari peninggalan masjid tersebut membuktikan bahwa agama Islam disebarluaskan secara damai dengan memadukan kebuadayaan Islam dengan kebudayaan setempat.
  1. Makam
Kompleks pemakaman merupakan gugusan nisan yang dikelompokkan menurut hubungan kekeluargaannya. Antara kelompok keluarga dipisahkan oleh kelompok yang dihubungkan dengan gapura. Karena makam sebagai tempat kediaman yang terakhir da abadi, maka diusahakan untuk mejadi perumahan yang sesuai dengan orang yang dikubur. Terutama makam raja, betukya dibuat seperti sebuah istaa, terletak di atas perbukitan dan dibuat secara berundak-undak.
Contoh:
  1. Makam sendang dhuwur di Tuban
  2. Makam Putri Suwari di Leran Gresik
  1. Keraton
Keraton merupakan tempat raja dalam melakukan kegiatan kerajaan. Keraton peninggalan sejarah Islam di Indonesia mempunyai corak kombinasi yaitu corak seni Hindu, Islam dan seni setempat. Adapun cirri-ciri bangunan keratin di Indonesia, antara lain:
  1. Atap keratin bertingkat
  2. Pada pintu masuk keratin biasanya terdapat alun-alun dan didekatnya terdapat masjid agung.
Peinnggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa keratin, antara lain:
  1. Keraton Kesepuhan Cirebon merupaka peninggalan sejarah kerajaan Cirebon yang pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
  2. Keraton Kaibon di Banten yang didirikan oleh Fatahillah.
  3. Keraton Surakarta dan Yogyakarta yang berdiri akibat adanya perjajia Gianti tahu 1755.
  1. Seni sastra dan aksara
Seni sastra dan aksara Indonesia sebelum datangya Islam, dipengaruhi oleh seni sastra dan aksara dari India. Aksara Jawa Kuno mendapat pengaruh huruf Pallawa dari India da hasil seni sastra Indonesia banyak dipengaruhi dari seni sastra India yang bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana. Setelah masuknya Islam maka huruf da bahasa Arab Mulai berkembang. Banyak hasil sastra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Ada beberapa kesusasteraan yang berkembang di Indonesia sebagai wujud akulturasi atara sastra Islam dengan tradisi Indonesia, berupa:
  1. Hikayat adalah karya sastra Islam yag berisi cerita baik fiktif maupu sejarah.
Misalnya Hikayat Hag Tuah, Hikayat Bayab Budiman, Hikayat Bahtiar.
    1. Babad yaitu cerita sejarah yang biasanya lebih bersifat cerita daripada nilai sejarahnya.
Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Giyanti.
  1. Syair
Misalnya: syair perahu, syair Abdul Malik, syair nDagang, syair burung Pimgal.
4) Suluk
Misalnya: Suluk Wujil, Suluk Sukarso, Suluk Malang Sumirang.
5) Kitab
Misalnya: Kitab Adat Makuta Alam, Undang-Undang Mataram.
  1. Seni rupa
Bidang ini kurang berkembang karena adanya larangan dalam Islam untuk melukis binatang maupun manusia. Yang muncul adalah seni patung yang bentuknya disamarkan dengan seni kaligrafi. Seni kaligrafi merupakan seni tulisan Arab indah yang merupakan rangkaian ayat-ayat suci Al Qur'an. Seni kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia banyak terdapat pada nisan, makam, hiasan batik, keramik, keris, keraton, masjid, dan lain-lain.
  1. Sistem pemerintahan
Masuknya agama dan kebudayaan Islam di Indonesia berpengaruh juga dalam sistem pemerintahan, seperti:
    1. Jabatan raja dinamakan Sultan
    2. Sultan memerintah tidak turun-temurun tetapi lebih bersifat demokratis
    3. Para wali atau ulama dalam pemerintahan sebagai penasehat raja
    4. Ialam sebagai dasar hukum dan pemerintahan
    5. Raja-raja Indonesia menggunakan nama-nama Islam
e. Sistem kalender
Masuknya agama Islam ke indonesia berpengaruh pada sistem kalender. Sebelum kedatangan Islam , kalender Indonesia dipengaruhi budaya India yaitu menggunakan perhitungan Saka. Tetapi setelah masuknya Islam mulai mengenal tahun Hijriyah.
f. Seni musik dan tari
Skulturasi seni musik nampak pada:
1) Irama khasidah
2) Gamelan pada upacara grebek sekaten
Sedangkan bidang seni tari, misalnya:
1) Tari Seudati, diiringi salawat nabi
2) Permainan debus, diawali pembacaan Al Qur'an
3) Mesiran, tarian dengan salawat nabi
4) Saman, tarian dengan salawat
g. Filsafat
Setelah kedatangan Islam ke Indonesia, filsafat hidup bangsa Indonesia juga dipengaruhi ajaran Islam. Hidup pada dasarnya adalah ibadah. Dasar-dasar ilmu filsafat meliputi:
1) Ilmu fiqih
Fikih (Bahasa Arab: ﻓﻘﻪ; transliterasi: Fiqih) adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya.18 Beberapa ulama fikih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fikih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah.
Fikih membahas tentang cara bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4 mazhab dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fikih. Seseorang yang sudah menguasai ilmu fikih disebut Fakih.
2) Ilmu kalam
Ilmu kalām (Bhasa Arab: علم الكلام‎) adalah falsafah mencari prinsip-prinsip teologi Islam melalui dialektik. Dalam Bahasa Arab perkataan ini secara harfiah bermakna "pertuturan". Seorang cendekiawan kalam dirujuk sebagai seorang mutakallim (ahli teologi Islam; majmuk mutakallimiin). Terdapat banyak tafsiran mengapa disiplin ini digelar "kalam"; salah satu daripadanya adalah kontroversi terbesar dalam bidang ini berkaitan dengan pertuturan Allah.
3) Ilmu tasawuf
Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin, untuk memporoleh kebahagian yang abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud (menjauhi hal duniawi) dalam Islam, dan dalam perkembangannya melahirkan Tradisi mistisme Islam. Tarekat (pelbagai aliran dalam Sufi) sering dihubungkan dengan Syiah, Sunni, cabang Islam yang lain, atau kombinasi dari beberapa tradisi. Pemikiran Sufi muncul di Timur Tengah pada abad ke-8, sekarang tradisi ini sudah tersebar ke seluruh belahan dunia.






DAFTAR PUSTAKA
Karim, M. Abdul. 2007. Islam Nusantara. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.


1Tim Penyusun Kamus, Kamus, hlm. 130-131 dan Poerwadarminta, Kamus, hlm. 157-158.
2Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (jakarta: Aksara Baru, 1979), hlm. 195 dan Nourouzzaman Shidiqi, Pengantar Sejarah Muslaim (yogyakarta: Mentari Masa, 1989), hlm. 5-6.
3Poerwadarmita, Kamus, hlm. 158.
4Kata-kata tersebut ada dalam bahasa Bangla (Bengali), peranakan bahasa Sansekerta, yang sehari-har- digunakan di India Timur, termasuk di Babgladesh. Bahasa Sansekerta sendiri lahir dan berkembang di wilayah Bangla (sekarang 35 % India Timur, 65 % Bangladesh).
5Soerjono Soekatno, Sosiologi: Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grafindo, 1994), hlm, 188-189.
6Sayed Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Hakim; Tafsir al-Manar, jilid I (Beirut: Dar al-Ma'arifah, t. th.), hlm. 62-64 dan II, hlm. 289-293.
7Koentjaraningrat, pengantar, hlm. 123-125, Sayed Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur'an al-Hakim/Tafsir al-Manar, Jilid XI (Mesir: Maktabah Quran, cet. Iv, t.th.), hlm. 244-245, Umar Muhammad, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulang (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 142-148, dan Harun Hadiwijono, Sari sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Yayasan Kanisius, cet. Ii, 1983), hlm. 38, 110 & 111.
8Ridha, Tafsir, Jilid I, hlm. 62-63.
9Ibid., hlm. 63.
10Koentjaraningrat, pengantar, hlm. 123-125.
11Ibid., dan lihat Imam al-Gazali, Ihya' 'Ulum al-Din, Jilid I, terj. Ismail Jakub (Jakarta: CV Faizan, 1994), hlm. 306.
12Koetjaraningrat, Pengantar, hlm. 117-118 & 123-125.
13Al-Ghazali, Ihya', Jilid I, hlm. 306-327.
14Encyclopaedia Britannica Inc., Webster's Third, hlm. 865.
15Ridha, tafsir, jilid I, hlm. 63.
16Joachim Wach, The Comparative Study of Religions (New York: Columbia University Press, 1958), hlm. 31-32.
17QS. 2 (al-Baqarah): 29-31.
18http://pustaka.abatasa.com/pustaka/detail/6/1/pustaka-116.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar