Ma'rifat
Kepada Allah.
Ma'rifat
kepada Allah atau mengenal Allah tentang dzat dan sifat-sifat-Nya
adalah menjadi kewajiban tiap mslimin dan muslimat dimana pun mereka
berada.
Sebab dengan ma'rifat kepada Allah itu akan bersemilah iman yang ada
dalam dada sedangkan iman kepada Allah itu menjadi sendi keyakinan
dan kepercayaan yang terpokok dalam Islam. Karenanya sungguh
beruntung orang yang beriman kepada Allah itu.
Bilamana seseorang telah tertanam dalam dadanya iman kepada Allah,
meyakinkan tentang adanya Allah, meyakinkan bahwa Allah dzat Yang
Maha sempurna dalam segala-galanya dan dijauhkan dari segala sifat
kekurangan, niscaya akan bersemi pula beriman kepada alam gaib yakni
malaikat, jin, ruh dan sebagainya.
Dan
iman kepada Allah itu akan menumbuhkan pula iman kepada kitab-kitab
Allah yakni kitab suci yang diturunkan kepada para Rasul. Dan tumbuh
pula kepercayaan dan iman kepada para Rasul sebagai utusan Allah.
Yang
demikian akan menumbuhkan pula iman kepada adanya alam akhirat, hari
kebangkitan manusia di alam akhirat atau hari Ba'ats, iman pula akan
adanya hisap atau perhitungan amal manusia, pahala, siksa, surga dan
neraka. Dan akan beriman pula tentang adanya takdir Tuhan SWT.
Begitulah buahnya ma'rifat kepada Allah yang betul-betul bermanfaat
bagi hidup dan kehidupan manusia di dunia ini, sebagai hamba Allah
Awwalu
waajibin 'alal insaanii- Ma'rifatul ilaahi bistiqaanii.
Yang artinya:
“Permulaan
yang wajib bagi manusia- Mengenal Tuhan (Allah) dengan penuh
keyakinan.”
Jalannya
ma'rifat kepada Allah itu ada dua:
1.
Dengan jalan menggunakan akal
untuk memikir-mikir keindahah ciptaan Allah.
2.
Dengan jalan mengenal nama Allah dan sifat-sifat-Nya.
Kedua
jalan itu harus kita tempuh kedua-duanya agar iman yang ada dalam
dada bertambah kuat dan tebal, menghujam dalam kalbu.
1.
MA'RIFAT DENGAN JALAN MENGGUNAKAN AKAL.
Anugerah
Allah yang diberikan kepada manusia yang tak ternilai harganya ialah
berupa akal. Dengan akal fikiran manusia dapat mencapai kemajuan
sehingga dewasa ini manusia dengan akal dapat menginjakkan kakinya ke
bulan, dapat melayang-layang di udara berjam-jam lamanya. Itulah
kaluau akal fikiran manusia digunakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan
menggunakan akal itu pula manusia dapat mencapai kesempurnaan hidup
melabihi dari makhluk-makhluk yang lain. Dapat mendirikan gedung yang
indah, mendirikan pabrik yang beraneka ragam, mendapatkan hasil
tanaman dan lain sebagainya yang bermanfaat bagi hidup, yang semuanya
itu tercapai berkat dari ketekunan manusia menggunakan akalnya.
Maka
dalam ma'rifat kepada Allah perlu pula manusia menggunakan akal,
ialah dengan jalan memikir-mikir keindahan ciptaan allah.
Bagaimana
Allah menciptakan matahari benda raksasa yang membara dapat bergerak
di angkasa. Memikir-mikir terjadinya binatang yang beraneka warna,
ada yang buas seperti harimau ada yang bergading dan berbelalai
panjang ialah gajah, memikir-mikir pula tentang keadaan ikan yang
bermacam-macam bentuk dan warnanya, indah sekali, semuanya itu bukan
manusia yang menciptakan dan membuatnya melainkan Allah SWT.
AYAT-AYAT DAN HADIS NABI YANG MEMRINTAHKAN MANUSIA MENGGUNAKAN
AKALNYA.
Banyak
ayat-ayat al Qur'an dan Hadits Nabi SAW yang memerintahkan agar
manusia menggunakan akalnya. Memikir-mikir tentang hal keduniaan dan
keakhiratan. Diantaranya ialah ayat:
Yang
artinya: “Yang
demikian itu Allah menerangkan ayat-ayatnya agar kamu memikir-mikir,
hal keadaan dunia dan akhirat.” (Al Baqarah: 219-220).
Di
ayat lain disebutkan pula:
Artinya:
“Katakanlah,
perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi, karena tidak
berguna tanda-tanda kekuasaan Allah dan peringatan-peringatan bagi
kaum yang tidak beriman.” (Yunus: 101).
Disebutkan
pula:
Artinya:
“Perhatikanlah buahnya
ketika pohon itu berbuah. Dan sesungguhnya di dalam yang demikian itu
ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman.” (al
an'aam: 99).
Yang
dimaksud perhatikanlah
dalam
ayat di atas ialah fikirkanlah.
Adapun
maksud ayat tersebut: Cobalah perhatikan dengan hati yang jernih,
bagaimana sebuah pohon dapat berbuah, semua buah itu kecil dan
akhirnya besar dan masak. Keadaan buah itu brbeda rasanya dan
warnanya ketika masuh kecil dan ketika telah masak. Bukan manusia
yang membuatnya demikian, melainkan allah pencipta semesta alam. Yang
demikian menjadi bukti kekuasaan Allah SWT Yang Tak Terbatas.
Cobalah
perhatikan bumi, bulan bintang dan matahari berjalan dengan :nidham”
peraturan alam dengan tata tertib yang rapi, semuanya berjalan dan
beredar di tempatnya sendiri-sendir dengan aman. Tidak berbenturan
satu dengan yang lain, sehingga terjadi pergantian siang dan malam
yang teratur, yang demikian menjadu bukti yang menunjukkan adanya
kekuatan ghaib di luar yang ada ini maha dasyat, yang menggerakkan
alam ini dengan teratur dan berhikmat, termasuk bumi dan manusia yang
mendiaminya, terapung-apung di angkasa nan luas dengan aman.
Sedangkan
kekuatan Ghaib yang maha dahsyat yang menggerakkan alam ini menurut
ajaran Islam ialah datangnya dari allah Yang Maha Agung Yang Maha
Sempurna dalam segala-galanyanya serba berhikmat itu.
Jadi
Allahlah yang menciptakan dunia dengan segala isinya ini, sebab
Dialah Yang Maha Kuasa, Maha Sempurna, Maha Bijak Sana, Maha Perkasa,
yang menciptakan dunia sesuai dengan keagungan dan kebesaran-Nya.
Kalau
sekiranya perjalanan alam yang seba teratur atas kehendak manusia,
tentulah tidak sehebat itu. Sebab manusia adalah makhluk yang lemah.
Terbukti kendaraan yang dikemudikan menurut kehendak manusia bisa
rusak berantakan. Kita dengar disana-sini ada juga kadang-kadang
kapal udara jatuh, kapal karam di tengah laut, mobil bertabrakan
dengan mobil atau dengan sepeda motor dan sebagainya. Semuanya itu
menunjukkan kekurangan dan kelemahan mnusia.
Padahal
kenyataannya keadaan alam serba teratur, tidak tabrakan satu dengan
yang lain. Bumi, bulan, bintang berjalan ditempatnya masing-masing
tentu Allahlah yang mengaturnya. Oleh karena itu dapat kita simpulkan
bahwa adanya ini menunjukkan adanya Allh, Tuhan semesta alam.
Disebutkan dalam Al Qur'an:
Yang artinya: “Katakanlah: siapakah Tuhan langit dan bumi,
jawablah: Allah. Katakanlah: apakah kamu menjadikan
pelindung-pelindung selain Allah sedangkan mereka tidak menguasai
kemanfaatan dan kemadlaratan terhadap diri mereka sendiri. Katakanlah
apakah sama orang buta dan orang yang dapat melihat apakah sama gelap
dengan terang. Apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah
dapat menciptakan seperti ciptaan seperti ciptaan-Nya. Sehingga kedua
ciptaan itu serupa bagi mereka. Katakanlah Allahlah yang menciptakan
segala sesuatu, dan Dialah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”
(ar Ra'd: 16).
Disebutkan di lain ayat:
Yang artinya: “Sesungguhnya didalam terjadinya langit dan bumi
dan pergantian malam dan siang sungguh menjadi bukti kekuasaan Allah
bagi orang-orang yang berakal. Ialah orang-orang yang ingat kepada
allah di waktu berdiri, duduk, dan berbaring, dan mereka
memikir-mikir tentang terjadinya langit dan bumi, kemudian mereka
berkata wahai Tuhan kami engkau tidak menjadikan ini hampa sis-sia,
Maha Suci Engkau maka jagalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imraan:
190-191).
Adapun Hadits yang memerintahkan agar kita manusia menggunakan
akalnya di antaranya ialah sabda Rasulullah SAW:
Yang artinya: “Berfikirlah kamu tentang segala sesuatu dan
janganlah kamu berfikir tentang dzat Allah.” (H.R. Abusy
Syaikh dari Ibnu abbas).
LAPANGAN
PEMIKIRAN.
Akal manusia itu terbatas. Oleh karena itu lapangan pemikiran ada
batasnya. Manusia tidak dapat memikirkan sesuatu diluar batas
kemampuannya, terutama hal-hal yang gaib, misalnya memikirkan hakekat
wujud roh manusia, kapan datangnya hari kiamat, malaikat, jin, dzat
Allah dan sebagainya. Sebab ilmu manusia ada batasnya.
Dalam Al Qur'an disebutkan:
Yang artinya: “Dan mereka bertanya kepada engkau tentang roh,
jawablah soal roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu
diberi ilmu kecuali sedikit.” (Al Israa': 85).
Tegasnya karena ilmu manusia hanya sedikit bila dibandingkan dengan
ilmu Allah, maka tidak dapat mengetahui hajejat wujud roh manusia,
karena soal roh termasuk urusan Allah, hanya Allah sendiri yang Maha
Mengetahui, sebab Allahlah yang menciptakan roh manusia itu.
Dalam Al Qur'an disebutkan pula:
Yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu bilakah datangnya kiamat
itu, katakanlah sesungguhnya pengertian tentang itu di tangan
Tuhanku, tidak ada orang yang dapat menerangkan waktunya kecuali Ia
sendiri.” (Al A'rarf: 187).
Seandainya ada orang yang
meramalkan hari kiamat menurut hari ketentuan ia sendiri, adalah
sebenarnya suatu ramalan yang kosong, tidak ada Nashnya dalam Al
Qur'an maupun Hadits Nabi SAW. Jadi biar ramalan itu untuk beliau
sendiri saja, dan kita tidak perlu terpengaruh olehnya.
Dalam Hadits Muslim disebutkan
bahwa Rasulullah SAW menjawab pertanyaan malaikat Jibril tentang
kapan datangnya hari kiamat, jawab beliau:
Artinya: “Tidaklah yang
ditanya tentang hari kiamat itu lebih mengetahui daripada orang yang
bertanya (sama-sama tidak mengetahui). (H.R. Muslim).
Begitu juga manusia tidak
dapat mengetahui hakekat wujud dzat allah SWT, sebab yang demikian di
luar batas kemampuan manusia.
Rasulullah SAW bersabda:
Yang artinya: “Berfikirlah
tentang segala sesuatu dan janganlah kamu memikirkan tentang dzat
Allah.” (H.R. Abusy Ayaikh).
Dalam Al Qur'an disebutkan:
Yang artinya: “Dia (Allah) tidak dapat dicapai dengan
pengelihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan,
dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al An'aam: 103).
Tegasnya ilmu manusia ada batasnya, tidak dapat menjangkau hal-hal
yang ghaib apalagi tentang dzat Allah SWT.
2. MA'RIFAT DENGAN JALAN MENGENAL NAMA ALLAH DAN SIFAT-SIFATNYA.
Untuk dapat mengenal atau berma'rifat kepada Allah SWT juga dicapai
dengan jalan mengenal nama Allah dan sifat-sifatNya.
Jadi di samping kita berusaha dengan memikir-mikir keadaan alam
ciptaan Tuhan dengan isinya untuk dapat meyakini tentang kebesaran,
keagungan dan mengetahui nama Allah, maka di samping itu pula kita
berusaha pula mengetahui nama Allah dan sifat-sifatNya. Dengan
demikian insya Allah akan tertanam iman yang kuat dalam dada,
sehingga kepercayaan dan iman kita kepada Allah bukan hanya
ikut-ikutan melainkan betul-betul timbul dari kesadaran dan
keinsyafan.
Allah Tuhan semesta alam mempunyai nama-nama yang terbaik sesuai
dengan sifat-sifat Allah yang Maha Sempurna yang disebut dengan Al
Asmaaul Husnaa.
Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur”an:
Yang artinya: “Katakanlah berdoa'alah kamu kepada Allah atau Ar
Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu berseru bolehlah karena Dia
mempunyai nama-nama yang baik., (Al Asmaaul Husnaa).” (Al Israa':
110).
Maksud ayat diatas menjelaskan bahwa sebagaimana dari kaum musyrikin
berkata: mengapa Muhammad melarang kita menyekutukan Tuhan padahal ia
memanggil Allah, Ar Rahman dan lain-lainnya. Mereka tidak mengetahui
bahwa Allah, Ar Rahman Ar Rahim dan lain-lainnya itu adalah nama-nama
yang baik bagi Allah.
Ibnu Jarir dan Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari Ibnu Abbas
bahwasanya Beliau berkata:
Yang artinya: “Rasulullah SAW pada suatu hari shalat di Makkah,
kemudian berdo'a kepada Allah ta'ala, kemudian mengucapkan dalam
do'anya itu: YA ALLAH-YA RAHMAN. Maka berkatalah orang-orang musyrik,
coba perhatikanlah nabi” ini (Rasulullah SAW) melarang kita
menyeru dua Tuhan padahal ia menyeru dua Tuhan pula kemudian turunlah
ayat diatas. (Qulid'ullaaha awaid'ur rahmaan. (Lihat Al Magrahi IV:
107).
Jadi kita berdo'a dengan menyebut Ya Allah atau Ya Rahman ataupun
lainnya sama saja, sebab Allah memiliki nama-nama yang terbaik (Al
Asmaaul Husnaa). Boleh menyeru dengan salah satu dari Asmaaul husnaa
itu, sebab tiada lain yang diseru dan dituju adalah Allah Tuhan Yang
Maha Esa. Nama-nama yang menunjukkan sifat-sifat Allah Yang Maha
Agung dan Maha Kuasa itulah yang disebut Al Asmaaul Husnaa.
SUMBER:
Judul: Al Asmaa'ul Husnaa
Pengarang: Ustadz Dja'far Amir
Penerbit: Ramadhani
Solo, Cetakan keenam, februari 1994